Industri Besar dalam Jaringan Lobi

Bagikan artikel ini

Uang memompa melalui pembuluh darah politik kita, mendistorsi demokrasi kita sehingga bagi banyak orang, sistem tidak bekerja untuk mereka” (Sarah Clarke)

Lobi telah menjelma menjadi industri raksasa dan memiliki daya pengaruh yang luar biasa. Skalanya bisa begitu massif dan bahkan sulit untuk diketahui. Di AS, lobi telah menjadi industri multi-miliar dolar selama bertahun-tahun, di mana pengeluaran resmi untuk aktivitas lobi mencapai $ 7 miliar per tahun, belum lagi banyaknya lobi rahasia, sehingga perkiraan totalnya mendekati $ 14 miliar. Baru-baru ini, lobi di Brussel untuk memanipulasi undang-undang Eropa telah mencapai skala yang sama. Diperkirakan pada 2017 ada 25.000 pelobi di Brussel. Inggris memiliki industri lobi terbesar ketiga di dunia, diperkirakan mencapai £ 2 miliar setiap tahun (Tamasin Cave and Andy Rowell, 2014, hal. 8).

Untuk membuat lobi mereka lebih efektif, perusahaan dalam suatu industri akan berkumpul untuk membentuk organisasi, seperti Federasi Perbankan Eropa, untuk melobi atas nama mereka. Ada lebih dari 1.000 di antaranya di Brussel. Grup yang lebih besar, seperti Business Europe, akan mewakili berbagai bisnis. Kelompok-kelompok ini didanai dengan baik dan memiliki pengaruh yang sangat besar. Para pelobi begitu piawai dalam memulai diskusi tentang undang-undang, dan bahkan membuat draf proposal pertama untuk undang-undang atau peraturan baru. Bank tersebut, Citigroup, menulis undang-undang AS pada tahun 2014 untuk memastikan bahwa bank dapat diselamatkan setelah krisis keuangan di masa depan. Politisi kunci yang mendukung RUU tersebut menerima kontribusi besar dari perusahaan keuangan.

Secara teori, apa pun kelompoknya, baik itu kelompok konsumen, serikat pekerja, persatuan guru, aktivis lingkungan dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) juga dapat melakukan lobi. Namun, pengeluaran dan pengaruh mereka hanya menjadi bagian kecil dari lobi perusahaan. Seorang peneliti menyimpulkan bahwa “Untuk setiap $ 1 yang dihabiskan oleh kelompok kepentingan publik dan serikat … perusahaan menghabiskan $ 34.”

Lobi juga bisa sangat pribadi, melibatkan hubungan sosial dan kerja jangka panjang, melalui makan siang, makan malam, dan peluang kerja untuk kerabat dan teman. Miliarder, seperti Richard Branson, dapat mengundang Perdana Menteri untuk berlibur di pulau pribadi mereka. Rupert Murdoch, pemilik berbagai media di banyak negara, dapat mengadakan pertemuan pribadi dengan Presiden AS Trump, para Perdana Menteri, dan penasihat terdekat mereka. Jenis pertemuan ini dinilai akan menguntungkan kedua belah pihak. LSM dan kelompok lain umumnya tidak memiliki hubungan dekat semacam ini.

Pelobi perusahaan menghabiskan lebih banyak uang, mempekerjakan lebih banyak orang, dengan lebih banyak kontak dan pengetahuan orang dalam yang lebih baik, memiliki akses ke pembuat kebijakan juga informasi yang lebih baik. Hal inilah sejatinya yang merusak demokrasi, dan menciptakan pemerintahan yang bekerja dengan baik untuk orang kaya dan berkuasa, tetapi tidak untuk semua orang.

Strategi melobi akan lebih berhasil jika informasi datang dari beberapa sumber yang independen. Oleh karena itu, pelobi menggunakan banyak strategi yang sama seperti konsultan PR, seperti media, think tank, dan akademisi, sebagai ruang gaung untuk memperkuat pesan mereka. Ini penting karena perusahaan tidak dipercaya sebagai sumber informasi yang jujur. Hubungan mereka dengan media bisa sangat kompleks.

Dalam “A quiet word: Lobbying, Crony Capitalism and Broken Politics in Britain” yang terbit 2014, Tamasin Cave dan Andy Rowell mengungkapkan bahwa pelobi aktif merekrut mantan jurnalis karena kontak politik mereka. Pelobi memberikan berita kepada pers, tetapi mereka juga mencoba untuk menghentikan munculnya berita negatif. Mereka kadang-kadang dapat membujuk jurnalis untuk membuang berita, baik dengan menawarkan berita alternatif, atau dengan mengancam memotong akses ke klien mereka di masa depan. Ternyata hal ini berhasil karena jurnalis mendapatkan begitu banyak berita dari pelobi, sehingga kehilangan akses dari mereka dirasa akan berdampak serius bagi “nasib” jurnalis. Jika semuanya gagal, pelobi akan mengancam melalui tindakan hukum.

Layanan lobi juga ditawarkan oleh lembaga think tank, pengacara, konsultan manajemen, dan akuntan. Hal ini menciptakan konflik kepentingan yang serius, karena firma akuntansi dan konsultan sering memberikan masukan dan saran kepada pemerintah tentang peraturan, sembari kemudian memberikan masukan kepada klien tentang cara menyiasati peraturan yang sama tersebut. Hal ini sangat jelas terlihat di sektor perbankan, di mana akuntan menjalankan bisnis yang menguntungkan dengan memberikan masukan kepada klien terkaya mereka tentang aktivitas seperti mendirikan lapisan anak perusahaan dan perusahaan induk, sehingga mereka dapat menyembunyikan aset-aset mereka di luar negeri di “surga” pajak, atau mempermainkan sistem sehingga keuntungan mereka muncul di yurisdiksi pajak terendah.

Pintu Putar dan Konflik Kepentingan

Isu ‘pintu putar’, di mana orang berpindah dari pekerjaan di pemerintahan ke pekerjaan di bisnis besar, atau sebaliknya. Masalahnya sangat meluas dan mempengaruhi sektor bisnis terpenting di banyak negara termasuk Indonesia. Ketika mantan pebisnis bekerja dengan pemerintah, mereka akan melihat dunia dari perspektif bisnis besar, terlepas dari kerugian yang dialami kelompok masyarakat lainnya. Di Inggris, hal ini paling jelas terlihat di Layanan Kesehatan, di mana mantan staf perusahaan Perawatan Kesehatan terbesar di AS telah secara bertahap menata ulang Layanan Kesehatan Nasional (NHS), dan memprivatisasi sebagian darinya, sehingga pemegang saham dapat mengambil kekayaan darinya.

Masalahnya juga penting ketika orang bergerak ke arah yang berlawanan, dari pemerintahan ke bisnis. Misalnya, banyak politisi terlibat dalam keputusan tentang pengelolaan atau penguasaan sektor-sektor strategis, entah itu menjadi komisaris atau yang lain. Mereka, dengan demikian akan mendapatkan gaji tinggidari perusahaan yang diuntungkan dari keputusan tersebut. Konflik kepentingan mengacu pada situasi di mana seseorang membuat keputusan tentang suatu masalah, tetapi memperoleh keuntungan secara pribadi dari keputusan tersebut. Di Indonesia banyak politisi menancapkan satu kakinya di perusahaan baik swasta maupun pemerintah. Peran utama mereka adalah membantu bisnis untuk mendikte pemerintah, dengan memanfaatkan kontak mereka, atau mengeksploitasi pengetahuan mereka tentang kelemahan undang-undang yang ada.

Tren yang berkembang adalah bagi pembuat kebijakan untuk bergabung dengan perusahaan pelobi, atau sebaliknya. Pelobi aktif berburu pegawai pemerintah yang telah terlibat dalam pembuatan undang-undang. Di AS, “sekitar setengah dari pensiunan senator dan sepertiga pensiunan anggota DPR mendaftar sebagai pelobi.” Gaji rata-rata kira-kira 10 kali lipat dari pekerjaan mereka di pemerintahan. Hal yang sama terjadi di Eropa, di mana regulator perbankan mendapatkan gaji besar dengan bekerja sebagai pelobi bank, dan mantan pelobi ditunjuk untuk peran senior dengan organisasi yang seharusnya mengatur industri tertentu.

Sudarto Murtaufiq, peneliti senior Global Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com