Isu Al Zaytun: Kemana Akan Berlabuh?

Bagikan artikel ini
Diskusi kecil tentang al Zaytun di Global Future Institute (GFI), Jakarta, cukup menggelitik untuk ditelaah lebih lanjut. Tak pelak, Direktur Eksekutif GFI, Hendrajit, melempar asumsi dalam diskusi, “Bahwa al Zaytun merupakan buah (berbeda) lain dari benih alias biji yang ditabur.” Begitu poin intinya. Singkat cerita, yang ditanam biji apel, misalnya, namun buah maja. Tentu pahit dirasa. Tidak sesuai harapan si penanam.
Ya. Awal benih al Zaytun ditanam berdalih untuk: kontra-komunisme. Namun, hasilnya di luar prakiraan, justru berbuah ajaran nyleneh, sesat, bahkan terindikasi ‘komunis senyap’. Apa boleh buat. Ada asumsi di atas asumsi menggelinding, “Apakah itu modus PKI Gaya Baru?”
Namanya juga asumsi, berkelindan liar di langit kekuasaan. Muter – muter thok. Namun, secara manajemen sudah bisa dipastikan bahwa prosesnya out of control. Tidak sesuai rencana. Mirip syair lagunya Broery, ” .. buah semangka berdaun sirih. Aku begini, engkau begitu!”
Lompat sejenak di era 1970-an pada awal al Zaytun dibidani oleh para bohir dan senior intelijen tempo doeloe. Esensi dalam diskusi di GFI menyebut, bahwa ada pertarungan senyap antar-sesama komunitas intelijen di ring satu Pak Harto. Ali Murtopo contohnya, kendati kala itu sebagai salah satu Deputi di BAKIN, namun ia memiliki perangkat strategis lain (Opsus) yang bersifat otonom di luar kendali BAKIN. Dan test case Opsus ialah kerusuhan Malari tahun 1974 yakni pertarungan intelijen antara Ali Murtopo versus Jenderal Soemitro soal modal asing (Jepang). Adapun kronologis Malari seperti apa, bagaimana ujungnya — lain kali dibahas pada topik tersendiri. Kita lanjut tentang buah semangka berdaun sirih; ditanam biji apel, berbuah maja.
Ya. Skema ‘Opsus’-nya Pak Murtopo berbasis ide membentuk jaringan intelijen baik sipil maupun militer guna membangun imperium politiknya sendiri yang diproyeksikan untuk menjinakkan dan mencegah potensi (hazard) ancaman nasional, termasuk pada ranah agama. Cara dan strategi penjinak serta pencegahan sel-sel tidur DI-TII, contohnya, Murtopo bukannya membina eks DI-TII agar membaur kembali ke masyarakat, tetapi justru merekrut kembali beberapa individu eksponen DI-TII sebagai agen binaan untuk projek hajatan Murtopo sendiri berdalih membendung bahaya laten komunisme/PKI.
Nah, Abu Toto alias Panji Gumilang —salah satu eks DI TII— direkrut dan nantinya ia mampu mengembangkan Yayasan al Zaytun. Meski yayasan dimaksud diresmikan oleh Presiden Habibie pada tahun 1999, namun aktivitas Panji Gumilang dan jaringan Ali Murtopo sudah berlangsung sejak 1970-an.
Projek Murtopo berlangsung terus dan puncaknya saat meletus isu Malari 1974. Nah, sejak isu tersebut, Pak Harto merasa dan mulai ‘terganggu’ dengan aksi destabilisasi Murtopo yang berpotensi melemahkan dan menurunkan wibawa kekuasaan. Maka pasca-Malari, Pak Harto mengambil momentum guna melumpuhkan ‘Opsus’-nya Murtopo dengan menurunkan Benny Moerdani melalui pusat kekuatan intelijen baru yakni Badan Intelijen Strategis (BAIS). Sejak saat itu, projek dan aktivitas intelijen Murtopo perlahan dipreteli, seturut naiknya Benny sebagai ‘Kaisar Intelijen’ yang baru.
Namun, beberapa objek binaan intelijen warisan Murtopo terutama al Zaytun —sebagaimana dugaan Kyai As’ad Ali, Waka BIN pada masanya— berpotensi menjadi bom waktu di masa depan. Hal ini terbukti dengan kiprah Panji Gumilang yang menimbulkan gelombang protes terhadap al Zaytun sebagai penyebar ajaran nyleneh alias sesat. Itu tadi, akibat pembinaan out of control, biji apel pun berbuah maja. No viral, no justice. Kalau sudah begini, kira-kira kemana al Zaytun bakal berlabuh?
Demikian itu pointers diskusi terbatas di GFI (23/6) sebagai rujukan kecil dalam mencermati isu al Zaytun di Jawa Barat. Poin intinya, saatnya negara hadir melindungi puluhan ribu keluarga dan al Zaytun itu sendiri yang diduga sudah menyesatkan generasi muda melalui ajaran nylenehnya Abu Toto alias Panji Gumilang.
Di Bumi Pertiwi ini, masih banyak kembang sore dan bunga-bunga sedap malam.
M Arief Pranoto, Pengkaji Geopolitik Global Future Institute (GFI)
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com