Isu Bjorka: Badai Dalam Secangkir Kopi

Bagikan artikel ini
Membaca serta menebak geliat Bjorka di dunia maya, saat ini — ibarat membidik target lesan yang bergerak. Akurasinya belum A1. Memang. Selain substansi bocorannya tidak istimewa. Biasa-biasa saja. uniknya, berbagai media justru menghebohkan layaknya the new hero (pahlawan). Nah, dari dua indikasi sumir di atas boleh ditebak agenda di balik isu Bjorka, (barang kali) antara lain sebagai berikut:
Pertama, sekedar pengalihan berbagai isu aktual seperti kenaikan harga BBM misalnya, atau isu Duren Tiga beserta dampak politis atas kiprah Satgassus, ataupun meredam pro-kontra isu MK tentang cawapres 2024, ojo kesusu, dan lain-lain;
Kedua, mendorong RUU PDP (Perlindungan Data Pribadi) yang tergolong sexy namun terjeda akibat ketidaksinkronan antara parlemen dan pemerintah tentang siapa lembaga pengawasnya kelak;
Ketiga, menggoyang anggaran terkait keamanan dunia maya/siber;
Berbasis asumsi agenda di atas, hipotesa dan mapping siapa di balik Bjorka ialah:
1) hacker lokal atas suruhan kelompok kepentingan;
2) operasi bendera palsu alias false flag operation.
Dugaan sementara justru mengerucut pada false flag operation. Kenapa? Gebyar media sebagai indikasinya. Itu yang pertama. Jujur, berita investigasi ala Tempo mungkin lebih sexy dibanding bocoran isu Bjorka. Kedua, keyakinan hacker tak akan terlacak dan tertangkap aparat di tengah kecanggihan IT yang dimiliki institusi yang berkompeten. Tercium ada power yang mendorong media agar gegap gempita dalam pemberitaan.
Hingga kini, isu keras yang diterbar Bjorka sebatas ‘ajakan revolusi’ tanpa mengurai detail ide, narasi dan seterusnya, sedang isu lainnya hanya gitu-gitu aja.
Menurut bacaan saya, isu Bjorka adalah “badai dalam secangkir kopi”. Koyok iyo-iyo o, padahal cuma mbulet dan bergejolak di dalam cangkir kopi. Terkendali.
Persoalan akan lain, jika isu awal yang ditebar baru sebatas appetizer, sajian pembuka dalam gala dinner. Artinya, ada menu utama (main course) yang akan disaji setelah makanan pembuka, dan ditutup dengan desert. Sekali lagi, itu akan lain persoalannya. Tetapi, …
Wait and see! End
M Arief Pranoto, Pengkaji Geopolitik, Global Future Institute (GFI)
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com