Je ne Suis Pas Charlie Hebdo (Aku Bukan Charlie Hebdo)

Bagikan artikel ini

Nurman Diah, Wartawan Senior

Tragedi berdarah seperti biasa menghayutkan massa dalam kesenduan;memudarkan rasio untuk emosi. Dengan mudah mengundang empati publik bersatu dalam unjuk rasa mempertahankan suatu pandangan hidup atau prinsip, kebebasan (“freedom”) yang kaum awam tidak terlalu paham; menentang kekerasan apa pun penyebabnya.

Serangan bersenjata pada Charlie Hebdo, minggu lalu yang menewaskan 12 orang, sebagian besar staff publikasi mingguan Satire Perancis itu dikisahkan sebagai suatu perbuatan barbarik untuk membungkam “freedom of the press” atau “free speech ” pada umunya. Tiada yang perduli bahwa kebebasan pers yang dianut Charlie Hebdo dipakai oleh para pengasuhnya melakukan tirani kebebasan untuk memuat apa saja, semaunya saja, pada siapa saja dengan maksud memojokkan, membully, menghina pihak pihak yang tak disukai oleh para jurnalis media itu. Suatu kebencian yang dibungkus dalam “satire” berwujud kartun memberikan permukaan yang kelihatan lugu dan lucu.

Sudah berulang kali,bahkan bertahun, Charlie Hebdo menyinggung perasaan Muslimin. Junjungan kita Muhammad SAW dikiaskan dalam beberapa karikatur yang melecehkan. Mingguan Charlie Hebdo mengangkat nama-nya di tahun 2006 ketika menerbitkan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW menangis, di bawah judul berita utama “Mahomet débordé par les intégristes” (Nabi Muhammad SAW kewalahan dengan para fundamentalis).

Pada halaman dalam ada lagi 12 kartun pelecehan terhadap Nabi Muhammad SAW. Serentak Muslimin sedunia memberikan reaksi keras yang tak pernah dialami sebelumnya. Dewan Penganut agama Islam Perancis menuntut mingguan Charlie Hebdo atas dimuatnya kartun kartun yang melecehkan Islam, seperti juga tindakan yang bernuansa anti semitisme (anti Yahudi)-termasuk tidak mau mengakui kejadian Holocaust-yang dilindungi undang undang, namun pengadilan menolak gugatan mereka. Publik Prancis sadar bahwa mingguan itu akan menjadi target penyerangan para Jihadis.

Charlie Hebdo, yang didirikan tahun 1970-berhenti terbit 1981 untuk selama 11 tahun dan kembali terbit di tahun 1992-adalah publikasi mingguan garis kiri dengan tiras mingguan sebanyak 45.000 eksemplar. Mantan redaktur Stephan Charbonnier (Charb) berkata: …majalah mingguan ini memiliki visi politik redaksional “dari semua komponen garis kiri pluralis dan juga golongan non partisan” bermotokan:
Karena pena senantiasa berada di atas barbarisme(peradaban),
Karena kebebasan adalah hak universal,
Karena anda mendukung kita…

Tapi di situ bermula pula letak tragedi pena Charlie Hebdo.Ia menjadi barbarik-menindas, menggilas, menteror-apa pun yang tidak sejalan dengan politiknya, dengan mengatasnamakan kebebasan. Jangan lah berfikir dunia mendukung Charlie Hebdo, karena kesenduan itu semu, simpati itu dangkal, kebebasan itu ada batasnya. Fasisme sama dilakukan dengan pena atau dengan peluru.

Aku pasti bukan Charlie Hebdo.

 

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com