Dina Y. Sulaeman, research associate of Global Future Institute, penulis buku ‘Prahara Suriah’
Tentara Arab Suriah (Syrian Arab Army, SAA) telah berhasil merebut kembali Al Qusayr, kota yang menjadi pusat kekuatan pemberontak. Persis seperti diprediksikan jurnalis Suriah yang saya wawancarai disini. Setelah dikepung 3 pekan oleh SAA yang dibantu tentara Hizbullah Lebanon, akhirnya, kelompok pemberontak telah mengeluarkan statemen bahwa mereka menarik pasukannya pada hari Rabu dini hari kemarin (5 Juni).
Pada hari yang sama, Presiden Rusia Vladimir Putin, yang dikenal suka bercanda sarkastis, mengeluarkan pernyataan di KTT Uni Eropa-Rusia, soal rencana negosiasi Jenewa (antara Assad dan oposisi). Dia menyatakan melihat video pemberontak yang memakan jantung mayat tentara Suriah, lalu berkata, “Saya harap mereka itu tidak muncul dalam negosiasi Jenewa. Kalau muncul, saya akan kesulitan untuk menjamin keselamatan delegasi Rusia.” LOL
Pada tanggal 4 Juni (sehari sebelumnya), situs Global Muslim merilis pernyataan Jubir Hizbut Tahrir Indonesia, Ismail Yusanto: ‘Anggota Hizbut Tahrir Terlibat Jihad Di Suriah Secara Personal’ . Wow, sounds familiar? Mirip sekali dengan pernyataan standar berbagai lembaga yang ketahuan bersalah, “Bukan kami yang melakukannya, itu oknum.”
Tapi, ada pernyataan yang serius setelahnya: Dirinya juga menambahkan bahwa secara kelembagaan, Hizbut Tahrir juga pernah mengikuti sumpah setia dengan banyak kelompok mujahidin yang ada di Suriah termasuk mujahidin Jabhah Al-Nusrah, untuk memastikan bahwa jihad di Suriah dalam upaya untuk menegakkan syariat Islam di bawah naungan khilafah Islamiyah.
Inilah pernyataan yang memiliki implikasi serius: HT pernah melakukan sumpah setia dengan JN, kelompok pemberontak yang terbukti berafiliasi dengan Al Qaida, dan mereka inilah kelompok yang melakukan berbagai tindakan mengerikan: bom bunuh diri, mengebom berbagai fasilitas publik, memakan jantung mayat, memutilasi mayat, dll.
Argumen saya dari sisi politik internasional terkait konflik Syria sudah banyak saya tulis, bisa dibaca di sini. Tapi, mungkin untuk para aktivis dakwah, mereka lebih menyukai argument agama. Karena itu saya copas saja argumen dari Kabar Islam yang menurut saya sangat bagus dan telak ini. Marilah dibaca dengan lapang hati:
Siapa pun dia kalau bertentangan dgn Al Qur’an dan Hadits, wajib kita tentang; inilah yang diakui IJMA’ ULAMA. KESEPAKATAN PARA ULAMA. Bukan pendapat pribadi seorang Ulama. Qaradhawi salah dalam hal: Bughot, membunuh sesama Muslim, Adu Domba, dsb. [Artinya, kalaupun yang berbicara adalah ‘ulama’ sekelas Qaradhawi, kalau isinya bertentangan dengan Quran dan Hadis, tetap harus kita tentang; ini tambahan Dina]
Harusnya Qaradhawi melarang para pemberontak Bughot. Kalau itu dilakukan, niscaya Suriah damai. Sebab korban besar 90 ribu orang yg 24 ribu di antaranya tentara Suriah itu justru akibat Bughot dari Maret 2011. Sebelumnya Suriah aman2 saja. Coba, berapa jumlah korban yang dibantai Assad tahun 2010, 2009, 2008, atau 2007? Tidak ada bukan?Kalau kita mengikuti apa yang dikatakan Qaradhawi agar 1,7 milyar Sunni membunuh 100 juta orang Syi’ah, niscaya kita akan masuk neraka. Kata pepatah: Menang jadi Arang, Kalah jadi Abu.
Bughot itu haram bahkan thd Fir’aun sekalipun (Thaahaa 43-44) dan hukumannya adalah mati:Arfajah Ibnu Syuraih Ra berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa datang kepadamu ketika keadaanmu bersatu, sedang ia ingin memecah belah persatuanmu, maka bunuhlah ia.”
Riwayat Muslim.Dari Abu Said al Khudriy bahwa Rasulullah saw bersabda,”Apabila ada baiat kepada dua orang khalifah maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya.” (HR. Ahmad)Terhadap seorang rakyat yang menghina dirinya, Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkata:“Aku tidak seburuk Fir’aunDan Kamu tidak sebaik Musa.Apa firman Allah kepada Musa:“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” [Thaahaa 43-44]
Membunuh sesama Muslim tempatnya neraka:Jika terjadi saling membunuh antara dua orang muslim maka yang membunuh dan yang terbunuh keduanya masuk neraka. Para sahabat bertanya, “Itu untuk si pembunuh, lalu bagaimana tentang yang terbunuh?” Nabi Saw menjawab, “Yang terbunuh juga berusaha membunuh kawannya.” (HR. Bukhari)
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2013/04/23/hukum-bughot-pemberontakan-dalam-islam/
Mengapa para Ulama yang faqih seperti Syekh Al Buthi, Syeikh Ahmad Hassoun, para Ulama NU, dsb menentang Bughot?Itu karena kerusakan yang ditimbulkannya jauh lebih besar daripada manfaat yang belum tentu didapat.Sebagaimana bughot di Libya, Khilafah tidak dapat. Tapi yang jelas 30 ribu Muslim di Libya tewas. Dan jumlahnya akan terus bertambah karena masih ada perang antar kelompok.Kalau Bughot terjadi di Indonesia, korban tewas bisa jutaan (saat G30 S PKI ada 1 juta yg tewas), yang luka/cacat bisa puluhan juta, yang kehilangan rumah bisa puluhan juta, yang tak bisa kerja/cari uang juga bisa puluhan juta orang. Padahal belum tentu Khilafah didapat. Itu baru sekedar zhon atau angan-angan.
Mudah2an kita bukan termasuk orang2 yang gemar berbuat kerusakan:“Dan bila dikatakan kepada mereka:”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. [Al Baqarah 11-12]
“Lakukan dakwah dengan baik. Dengan sabar.Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik…” (QS An-Nahl: 125).
Ya, mendirikan negara Islam harus didahului dengan dakwah, bukan dengan perang. Kalau mau belajar dari Iran, sebelum menumbangkan rezim Shah, para ulamanya berdakwah selama lebih 200 tahun. Ketika pemikiran mayoritas umat (apapun agama dan mazhabnya) sudah seiya sekata soal pemerintahan Islam, tanpa perlu peperangan, negara Islam pun akan tegak.
Semoga Suriah menjadi pelajaran bagi kita semua, bangsa Indonesia. Negeri ini sudah sangat kacau dari sisi politik dan ekonomi. Jangan lagi menambah kekacauannya dengan menyuarakan perbedaan dan kebencian sesama saudara sebangsa.