Kepentingan AS dalam Bom Boston

Bagikan artikel ini

Dalam sebuah pernyataan di televisi segera setelah penangkapan Dzhokhar Tsarnaev (19), pemuda Muslim yang dituduh AS sebagai pelaku Bom Boston, Obama mengatakan kepada publik Amerika: “Jelas, malam ini masih banyak pertanyaan yang belum terjawab. Diantaranya, bagaimana para pemuda yang tumbuh dan belajar di sini, sebagai bagian dari masyarakat dan negara kita, melakukan kekerasan seperti itu? Bagaimana mereka merencanakan dan melakukan serangan ini, dan apakah mereka mendapat bantuan? “

 

Namun, pemerintah AS hanya merilis sangat sedikit informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi. Selain itu, pemerintahan Obama telah menyatakan kemungkinan CIA, FBI dan interogator militer lainnya menginterogasi Dzhokhar tanpa didampingi seorang pengacara. Dengan demikian, informasi mengenai apa yang diperiksa oleh pemerintah dan lembaga intelijennya bisa mereka batasi untuk bisa sampai ke pihak luar.

Di luar pertanyaan yang diajukan oleh Obama, muncul pertanyaan lain yang perlu dijawab lebih dulu: Apakah pemerintah AS mengetahui adanya bom Boston sebelum bom itu meledak? Dan apa peran sikap pemerintah AS terhadap Tsarnaev bersaudara, dalam hubungannya dengan Rusia dan gerakan separatis di Chechnya serta bagian lain dari Kaukasus Utara?

Di samping itu, timbul pula tanda tanya besar mengenai FBI yang merespon permintaan pemerintah asing, yang diduga merupakan pemerintah Rusia, untuk menyelidiki Tamerlan Tsarnaev atas dugaan keterlibatannya dalam “terorisme” Islam.

Permintaan pemerintah asing itu muncul saat kunjungan Tamerlan selam enam bulan ke Rusia yang dimulai pada Januari tahun lalu, di mana ia tinggal bersama ayahnya di Dagestan dan mengunjungi Chechnya, di mana beberapa anggota keluarganya menetap.

Di luar kasus Bom Boston, oknum FBI pernah mengakui bahwa pihak berwenang Rusia telah mengklaim bahwa Tamerlan Tsarnaev merupakan pengikut Islam “radikal” dan mukmin yang taat, dan bahwa ia telah berubah drastis sejak tahun 2010 saat ia siap untuk meninggalkan AS untuk bergabung dengan sebuah gerakan “bawah tanah”.

FBI mengatakan bahwa dalam menanggapi permintaan pemerintah asing ini, mereka “memeriksa database pemerintah AS dan informasi lain untuk mencari hal-hal [mengenai Tamerlan]seperti komunikasi telepon, kemungkinan penggunaan situs online yang terkait dengan aktivitas ‘radikal’, hubungannya dengan orang lain yang tidak biasa, riwayat perjalanan dan rencana perjalanannya, serta riwayat pendidikannya. “

Pernyataan itu menyimpulkan bahwa FBI “tidak menemukan aktivitas ‘terorisme’ apapun, baik di dalam maupun di luar negeri, dan hasil itu telah diberikan kepada pemerintah asing tersebut pada musim panas 2011.”

Media Rusia telah melaporkan bahwa layanan “keamanan” Rusia kemudian menghubungi FBI lagi pada bulan November tahun lalu.

Namun FBI menyebarkan pernyataan yang bertentangan. Ibu Tsarnaev bersaudara, Zubeidat Tsarnaev, mengatakan kepada Russia Today bahwa agen FBI mengatakan kepadanya bahwa “Tamerlan adalah seorang pemimpin ‘ekstremis’ dan mereka takut kepadanya. Mereka mengatakan kepada saya informasi apa pun ia dapat, ia mendapatkannya dari situs-situs web ‘ekstremis’.”

“Ini telah diatur,” tambahnya. “Dia dikontrol oleh FBI selama tiga sampai lima tahun. Mereka tahu apa yang dilakukan anak saya. Mereka tahu tindakan dan situs Internet apa yang ia ikuti … Jadi bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana mereka bisa, mereka mengontrol setiap langkahnya, dan hari ini mereka mengatakan bahwa ini adalah tindakan ‘teroris’. “

Sementara dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Reuters, Anzor Tsarnaev yang merupakan ayah Tamerlan dan Dzhokhar mengatakan bahwa FBI telah mendatangi rumah keluarga Tsarnaev di Cambridge, Massachusetts sedikitnya sebanyak lima kali untuk mencari Tamerlan. Dia berkata: “Mereka mengklaim mereka tengah melakukan tindakan pencegahan. Mereka takut kemungkinan ledakan di jalanan Boston.”

Sang ayah mengatakan bahwa ia pernah hadir di salah satu interogasi FBI di mana agen-agen FBI mengatakan kepada anaknya, “Kami tahu situs-situs yang anda kunjungi, kami tahu di mana Anda dihubungi, kami tahu segalanya tentang Anda. Semuanya.” Seperti halnya sang ibu, ayah Tsarnaev bersikeras bahwa anak-anaknya telah dijebak.

Sumber Rusia melaporkan bahwa kedua orang tua Tsrnaev kemudian diinterogasi oleh Dinas Keamanan Federal Rusia, setelah itu mereka memotong kontak lebih lanjut dengan media Barat.

Laporan mengenai keterlibatan FBI dengan Tamerlan Tsarnaev juga mengundang kritik anggota parlemen AS, termasuk Senator Republik Carolina Selatan, Lindsey Graham, yang telah menyerukan bahwa Dzhokhar diperlakukan sebagai “pejuang musuh” dan diserahkan kepada militer AS.

Di samping itu, tidak ada penjelasan tentang bagaimana eksekusi Tameralan bisa dilakukan. Dan mengenai motif dua “tersangka” melakukan pemboman, terlalu banyak yang tidak jelas dalam tuduhan terhadap dua pemuda Muslim tersebut.

Sementara itu, video yang mendukung Mujahidin Chechnya dilaporkan ditemukan di saluran YouTube Tamerlan Tsarnaev, bersama dengan materi Islam lainnya. Saluran ini memiliki sekitar 700 pelanggan. Moskow Times mengutip “kecerdasan ahli” Rusia, Andrei Soldatov, yang mempertanyakan penanganan FBI dalam kasus ini. “Dia sangat terbuka tentang keyakinannya,” katanya tentang Tamerlan. “Saya bingung, mengapa FBI tidak ‘mengurusinya’ saat itu.”

Sebuah situs web yang mendukung kelompok Islam di Kaukasus Utara menyatakan sebuah pernyataan pada Ahad (21/4/2013) yang menyangkal adanya hubungan antara mereka dan orang-orang yang melakukan pemboman Marathon Boston. “Para pejuang Kaukasus tidak melancarkan kegiatan militer terhadap Amerika Serikat,” lansir KC.

Imarah Kaukasus sebelumnya diketahui mengaku bertanggung jawab atas serangan operasi seperti pemboman di Moskow pada bulan Januari 2011 dan pemboman sistem metronya pada tahun 2010.

Sebuah sumber intelijen Rusia juga mengatakan kepada AFP, “Pada saat ini kami tidak memiliki informasi yang kredibel tentang keterlibatan Tsarnaev bersaudara dengan gerakan Imarah Kaukasus,” organisasi Islam utama di wilayah tersebut.

Maka, apakah pemerintah AS mengetahui tentang pemboman Boston sebelum ledakan terjadi pada Senin (15/4) lalu. Para peserta dalam acara tersebut telah menyatakan apa yang mereka saksikan pada saat itu sebagai perkembangan yang tidak biasa. Pelatih dari University of Mobile’s cross-country team, Ali Stevenson, mengatakan kepada media Alabama bahwa ia merasa aneh bahwa dilaporkan ada anjing-anjing polisi yang mengendus bom baik di awal maupun di garis finish.

“Mereka terus membuat pengumuman kepada para peserta, ‘jangan khawatir, itu hanya latihan,’” katanya. “Jelas, saya tidak percaya mereka hanya latihan,” kata Stevenson. “Saya pikir mereka setidaknya memiliki semacam ancaman atau kecurigaan.”

Jika mereka memang sudah tahu, jelas hal ini menimbulkan pertanyaan. Apakah Bom Boston merupakan kerja intel yang keluar dari kontrol? Ataukah negara sudah tahu tentang hal itu dan membiarkannya?

Satu hal yang jelas: Bom Boston bisa dimanfaatkan oleh pemerintah AS sebagai alasan untuk meningkatkan militerisme lebih lanjut mereka di luar negeri serta tekanan di dalam negeri. (banan/kc/arrahmah.com)

 

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com