Lunturnya Budaya Papua di Era Globalisasi

Bagikan artikel ini

Oktovianus Pogau

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) budaya adalah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar untuk diubah. Dengan demikian budaya menurut bahasa sehari-harinya adalah suatu kebiasaan, adat istiadat dan suatu kegiatan manusia yang dilakukan secara terus-menerus tanpa hentinya sampai kapanpun yang intinya sesuatu yang dilakukan dalam jangka yang panjang.

Manusia dan budaya tidak bisa dipisahkan karena keduanya saling berkaitan erat. Dengan adanya manusia maka dengan mudah suatu budaya terbentuk. Terbentuk yang dimaksudkan disini adalah manusia menetapkan karakteristik, kegiatan-kegiatan dan objek-objek budayanya secara sendiri. Sebaliknya dengan adanya suatu budaya maka dengan mudah juga sekelompok manusia terbentuk dan terdidik mengikuti setiap komponen-komponen kebudayaan yang telah ditetapkannya sejak awal. Budaya dalam proses pengembangan selalu mengikat siapapun baik anak-anak, para pemuda-pemudi maupun para orang tua. Dengan adanya budaya maka setiap manusia yang hidup disuatu daerah tertentu selalu dituntut untuk selalu mematuhi, mentaati dan menjalankan setiap budaya yang telah ditetapkannya.

Dalam kehidupan individu maupun kehdupan berkelompok budaya sangat berguna di antaranya budaya dapat menyadarkan kita siapa diri kita yang sebenarnya, budaya dapat membuat kehidupan di suatu tempat lebih baik dan juga budaya dapat mengharumkan nama daerah tersebut agar lebih dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat ditempat lain. Jadi dengan hadirnya budaya disuatu tempat dapat mengubah segalanya. Mustahil suatu tempat atau daerah bisa berubah dan maju kalau saja di tempat tersebut tidak belum mengenal yang namanya budaya..

Budaya tidak selamanya baik karena ada juga budaya yang buruk. Budaya yang baik selalu membawah kita kepada berbagai hal yang menyenangkan di antaranya membawah kita kepada kesuksesan, membawa kita kepada penerimaan (baik penerimaan dari orang yang ada d idalam negeri sendiri maupun orang yang berada di luar negeri) dan keberhasilan. Budaya yang buruk selalu membawa kita kepada berbagai hal yang tidak kita inginkan, di antaranya akan membuat nama baik daerah, tempat maupun negara kita rusak atau tercoreng dan membawah kita kepada kegagalan yang akhir-akhirnya membawah kita kepada suatu permasalahan.

Dalam kehidupan yang berbudaya kita perlu mengetahui berapa macam budaya yang ada pada kita agar kita tidak salah pemahaman maupun penafsiran dalam penerapannya. Budaya menurut penulis sendiri dibagi dalam 2 (dua) macam, yaitu budaya natural dan budaya terapan. Kedua budaya inilah yang akan diulas dalam pembahasan kali ini. Penjelasan mengenai budaya natural akan dijelaskan lebih dulu kemudian selanjutanya akan diulas mengenai budaya terapan.

Budaya natural adalah suatu kebiasaan, corak, adat istiadat manusia yang telah lama dilaksanakan secara terus-menerus disuatu daerah atau kawasan tertentu. Bisa juga budaya natural disimpulkan sebagai suatu budaya alami atau budaya murni yang telah berkembang dan bertumbuh disuatu daerah tertentu sejak adanya manusia. Budaya natural atau budaya alami telah cukup lama berkembang dalam kehidupan setiap masyarakat sehingga budaya tersebut sangat sukar untuk dilupkan maupun diubah. Bahkan banyak orang beranggapan khusunya mereka yang hidup masih serba tradisional bawah budaya naturallah yang mengatur tata cara hidup, kebebasan dan tingkah laku mereka.

Negara kita negara Indonesia tercinta ini memiliki berbagai keanekaragaman budaya natural sebagaimana bisa diketahui dengan adanya motto “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya “berbeda-beda tetapi satu”. Dengan pernyataan seperti ini bisa dilihat kalau bangsa kita memiliki berbagai keanekaragaman budaya natural yang berbeda-beda. Jumlah kepulauan Indonesia yang kira-kira mencapai 17.608 menandakan kekayaan budaya itu sangat nyata dan ada.

Kekayaan budaya natural di negara kita dapat dilihat dari Pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan dengan puluhan bahkan ratusan cagar budayanya yang semuanya berbeda dan unik. Kemudian dengan perbedaan dan keunikan ini menjadikan setiap daerah maupun setiap pulau yang ada disegani dan dihormati. Secara khusus Pulau Papua juga memiliki berbagai keanekaragaman budaya yang menjadikan Pulau Papua sebagai salah satu daerah yang disegani dan dihormati dalam unsur kebudayaan diseluruh Indonesia maupun dunia.

Pada kesempatan kali ini penulis akan bahas panjang lebar mengenai Budaya Papua yang ada. Dengan pembahasan ini diharapkan dapat menambah wawasan maupun pemahaman tentang budaya Papua. Kita kembali ke konteks awal yang mengatakan bahawa dengan adanya suatu budaya haruslah ada manusia karena keduanya saling berkaitan erat. Di Papua berdasarkan letak geografisnya dibedakan menjadikan dua tempat yang pertama kawasan pesisir pantai yang didiami oleh masyarakat pantai atau yang biasa disebut dengan panggilan orang pantai dan yang kedua daerah pegunungan yang didiami oleh masyarakat pegunungan atau yang biasa dipanggil dengan orang pedalaman.

Berdasarkan tempat hidupnya orang pantai didiami oleh berbagai macam suku beberapa diantaranya adalah (Suku Biak, Suku Serui, Suku Asmat, Suku Sarmi) dan masih banyak lagi. Lain halnya dengan orang pedalama, dari berbagai suku yang mendiami pegunungan beberapa diantaranya adalah (Suku Moni. Suku Dani, Suku Ekari, Suku Nduga, Suku Holani dan masih banyak lagi). Baik suku-suku yang mendiami pesisir pantai maupun suku-suku yang mendiami kawasan pegunungan memiliki ketidaksamaan budaya.

Beberapa hal yang membuat ketidaksamaan budaya mereka adalah; karena faktor tempat tinggal. Seperti orang pantai hidup di daerah pesisir pantai dan orang pedalaman hidup di daerah dataran pegunungan. Faktor alam seperti orang pantai hidup daerah yang suhunya tidak terlalu dingin sedangkan orang pedalaman hidup di daerah pegunungan yang suhunya sangat dingin. Faktor pangan atau makanan yang dikonsumsi, seperti orang pantai dengan makanan pokok sagu, papeda dan ikan sedangkan orang pedalaman dengan makanan pokok ubi , keladi dan pisang. Walaupun terdapat berbagai perbedaan tetapi tetap membuat mereka bersatu.

Dari sekian banyak budaya yang ada dua di antaranya akan dijelaskan pada pembahasan kali ini. Kedua budaya natural inilah yang pada umumnya berkembang dimasyarakat Papua.

1. Budaya tari-tarian

Masyarakat pantai memilki bebagai macam budaya tari-tarian yang biasa mereka sebut dengan istilah Yosim Pancar (YOSPAN), yang di dalamnya terdapat berbagai macam bentuk gerak seperti ; (tari gale-gale, tari balada cendrawasih, tari pacul tiga, tari seka) dan tarian sajojo dan masih banyak lagi. Lain halnya dengan tarian yang biasa dibawakan oleh masyarakat pegunungan yaitu tarian panah dan tarian perang.

Tarian yang dibawakan oleh masyarakat pantai maupun masyarakat pegunungan pada intinya dimainkan atau diperankan dalam berbagai kesempatan yang sama seperti; dalam penyambutan tamu terhormat, dalam penyambutan para turis asing dan yang paling sering dimainkan adalah dalam upacara adat. Khususnya tarian panah biasanya dimainkan atau dibawakan oleh masyarakat pegunungan dalam acara pesta bakar batu atau yang biasa disebut dengan barapen oleh masyarakat pantai. Tarian ini dibawakan oleh para pemuda yang gagah perkasa dan berani.

Dengan budaya tarian Yospan maupun budaya tarian panah yang unik, kaya dan indah tersebut para orang tua sejak dahulu berharap budaya yang telah mereka wariskan kepada generasi berikut tidak luntur, tidak tenggelam dan tidak terkubur oleh berbagai perkembangan zaman yang kian hari kian bertambah maju. Para pendahulu yaitu para orang tua berharap juga budaya tari-tarian yang telah mereka ciptakan dengan berbagai gelombang kesulitan, kesusahan dan keresahan tidak secepat dilupakan oleh generasi berikutnya. Mereka juga berharap dengan tidak adanya mereka budaya Papua yang kaya tersebut semakin maju, semakin dikenal baik oleh orang di kalangan dalam negeri sendiri maupun dikenal di kala ngan luar negeri dan juga semakin berkembang kearah yang lebih baik yang intinya dapat tetap mengakat derajat, martabat dan harkat orang Papua.

Namun semua harapan tinggallah harapan karena sebagaimana budaya tarian yang dulunya para orang tua agungkan, sanjung dan hormati telah dilupakan secepatnya oleh para generasi berikutnya. Masuknya berbagai budaya tarian baru dari dunia Barat membuat para putra-putri Papua lupa dengan budaya tari-tarian sesungguhnya yang telah cukup lama mendarah daging dalam kehidupan mereka. Berbagai tarian yang masuk dan berkembang dari dunia Barat di antaranya adalah tarian dancer, tarian too phat, tarian pantomin, tarian paranawe dan tarian lainnya yang intinya tarian ini mengarah kepada perkembangan dunia. Dengan memerankan tarian dari dunia Barat membuat para pemuda-pemudi Papua yang dulunya mengagungkan dan memuja tarian daerah mereka lupa diri dan besar kepala. Dengan kesombongan mereka membuat nama mereka termasyur dan terkenal padahal dibalik semua ketenaran mereka dengan nyata-nyata telah melanggar berbagai norma adat yang telah cukup lama diatur dan ditetapkan.

2. Budaya Perkawinan

Perkawinan merupakan kebutuhan yang paling mendesak bagi semua orang. Dengan demikian masyarakat Papua baik yang di daerah pantai maupun di daerah pegunggungan menetapkan peraturan itu dalam peraturan adat yang intinya agar masyarakat tidak melanggar dan tidak terjadi berbagai keributan yang tidak diinginkan. Dalam pertukaran perkawinan yang ditetapkan orang tua dari pihak laki-laki berhak membayar mas kawin sebagai tanda pembelian terhadap perempuan atau wanita terebut.

Adapun untuk masyarakat pantai berbagai macam mas kawin yang harus dibayar seperti; membayar piring gantung atau piring belah, gelang, kain timur (khusus untuk orang di daerah selatan Papua) dan masih banyak lagi. Berbeda dengan permintaan yang diminta oleh masyarakat pegunungan di antaranya seperti; kulit bia (sejenis uang yang telah beredar dimasyarakat pegunungan sejak beberapa abad lalu), babi peliharaan, dan lain sebagainya. Dalam pembayaran mas kawin akan terjadi kata sepakat apabila orang tua dari pihak laki-laki memenuhi seluruh permintaan yang diminta oleh orang tua daripada pihak perempuan.

Sama dengan budaya tarian, budaya perkawinan juga diharapkan dapat berkembang dan bertumbuh di masyarakat umum dengan baik dan benar agar tidak terjadi kepunahan budaya. Namun apa yang terjadi pada zaman yang serba modern dan serba teknologi ini masyarakat Papua terlebih khusus para pemuda-pemudi tidak peduli lagi dengan budaya yang telah ditetapkan sejak lama. Budaya perkawinan yang dipopulerkan sampai saat ini adalah budaya kawin lari. Budaya kawin lari adalah salah satu cara yang dilakukan agar pihak dari pada orang tua laki-laki terhindar dari pembayaran mas kawin. Budaya kawin lari adalah budaya kotor yang berasal dari luar Papua. Budaya kawin lari dulunya bukanlah budaya Papua, namun pengaruh era globalsasi yang kian maju dan modern membuat orang Papua melupakan budaya mereka yang sesunguhnya.

Dengan berkembangnya budaya kawin lari di kalangan masyarakat terutama orang Papua sendiri membuat nilai keaslian budaya Papua yang dulunya sangat dihargai dan dihormati telah luntur begitu saja. Kemudian setelah lunturnya budaya tersebut apakah kita orang Papua masih dikatakan sebagai suatu golongan atau kumpulan masyarakat yang masih menghargai, menghormati dan menjunjung tinggi budaya kita. Padahal nyata-nyata budaya dari luar telah megotorinya dengan berbagai budaya yang tidak benar.

Untuk tetap menjaga, melindungi dan tetap melestarikan warisan kekayaan dari pada leluhur kita haruslah ada tindakan yang diambil supaya budaya tersebut tidak mengalamai kepunahan. Untuk tetap melestarikannya haruslah dibuat berbagai macam kegiatan yang intinya agar memajukan, melestarikan dan mempopulerkan budaya Papua kepada siapapun.

Banyak kegiatan yang dapat kita laksanakan untuk tetap menjaga budaya Papua yang kaya, tiga diantaranya adalah dengan menampilkan Festival budaya seperti yang dilaksanakan oleh SMA YPPK Adhi Luhur pada saat ini, pentas seni dan tari yang dalam acara ini dipamerkan atau ditunjukan kepada pihak asing maupun kepada pihak dalam sendiri tentang kekayaan tari-tarian Papua dan yang terakhir menyosialisasikannya melalui berbagai media. Dengan melaksanakan berbagai macam hal diatas sedikit menjadikan budaya Papua tetap berkembang.

Kesadaran masyarakat Papua tentang pentingnya melaksanakan berbagai kegiatan untuk tetap menjaga dan menstabilkan budaya Papua sangat minim. Dan salah satu Kabupaten yang telah menjadi wadah dalam memperkenalkan budaya Papua kepada orang di luar baik kepada para turis maupun kepada para pengunjung adalah Kabupaten Puncak Jaya, tepatnya di daerah Lembah Baliem. Daerah ini punya suatu budaya atau tradisi yang setiap tahunnya harus dilaksanakan secara terus-menerus yaitu budaya perang. Budaya ini telah dibawahkan sejak 20 tahun kebelakang, pada pementasan budaya perang ini diwajibkan bagi para pemuda yang gagah perkasa untuk ambil bagian di dalamnya.(sumber.suara perempuan papua. No. 04. tahun IV, 22-29 Agustus 2007)

Beberapa yang telah dijelaskan di atas merupakan budaya natural sedangkan pada pembahasan berikut ini akan dijelaskan mengenai budaya terapan. Budaya terapan adalah suatu kebiasaan yang telah lama dilaksanakan dan dilakukan oleh sekelompok orang di suatu tempat yang kemudian menyebar ke suatu daerah yang sama sekali tidak pernah mengenal tentang budaya atau tata cara tersebut. Budaya terapan selalu identik pada tata cara hidup yang telah lama dilakoni dan dijalani. Sama halnya dengan budaya natural budaya terapan juga ada yang baik dan ada juga yang buruk.

Daerah Papua sendiri banyak budaya terapan yang telah merajalela yang semuanya sama sekali tidak pernah dikenalkan oleh para pendahulu terhadap mereka. Dan dengan masuknya berbagai budaya terapan dari luar membuat otak dan pikiran dari pada orang Papua rusak. Dari sekian banyak budaya terapan yang telah merajalela di Papua dua di antaranya adalah budaya korupsi dan budaya minuman keras.

1. Budaya Korupsi

Budaya korupsi adalah salah satu budaya yang telah cukup lama merajalela di Papua. Padahal kalau mau diamati budaya korupsi bukanlah budaya Papua yang sebenarnya. Bukti bahwa budaya korupsi bukan merupakan budaya Papua dapat dilihat dari berbagai cara hidup di antaranya adalah kebiasaan masyarakat Papua makan bersama atau yang biasa disebut dengan acara bakar batu. Saat diadakannya bakar batu biasanya seluruh undangan yang datang diwajibkan untuk menikmati hidangan masakan yang ada tanpa membedakan suku, ras, maupun marganya. Dengan kebersamaan seperti ini dapat terlihat kalau sifat keegoisan tidak terlihat pada orang Papua. Kalau begitu budaya korupsi pada awalnya bukanlah budaya Papua yang sesungguhnya tetapi berbagai budaya terapan dari luar yang masuk sehingga semua itu diikuti dan ditiru oleh orang Papua.

Bukti bawah korupsi merupakan suatu budaya dari luar yang terpopuler dapat dilihat dari berbagai macam kasus korupsi yang kian hari kian merajalela. Di antaranya adalah kasus korupsi yang dilakukan oleh Bupati Kabupaten Nabire Drs. Anselmus Petrus Youw yang beberapa saat lalu mendapat berbagai dana bantuan saat terjadi gempa bumi. Sebagaimana dana miliaran rupiah yang diberikan untuk dana pembangunan dilenyapkan begitu saja tanpa sepengetahuan. Kemudian sama halnya dengan dana Otonomi Khusus (OTSUS) yang menurut situs. (http://www.provinsipapua.com/)sebagaimana dikatakan pada tahun 2006 dan Otsus yang lenyap tanpa sepengetahuan adalah 90% yang hasilnya dipaparkan langsung oleh Gubernur Provinsi Papua Barnabas Suebu sendiri pada akhir tahun lalu.

Dengan memperhatikan dua bukti kalau Papua telah terjerumus ke dalam budaya korupsi yang sebenarnya tidak boleh dilakukan, menjadi pertanyaan buat kita kia-kira salah siapa sehingga budaya korupsi begitu cepat merajalela ke seluruh daerah Papua. Dengan mudah saya akan menjawab semua itu adalah salah dari pada setiap orang yang melanggarnya dan secara garis besar semua itu salah kita sendiri karena kemauan kita menerima berbagai budaya dari luar.

Melihat berbagai kasus korupsi yang kian hari kian merajalela seiring dengan perkembangan zaman, haruslah ada tindakan yang diambil agar dapat membendung arus korupsi di daerah Papua. Berbagai hal yang dapat kita para pelajar lakukan adalah berdoa dan belajar secara sungguh-sungguh agar ke depannya saat kita menjadi seorang pemimpin kejujuran dan kebenaran dalam kepemimpinan kita dapat ditanamkan.

2. Budaya Mengkonsumsi Minuman Keras

Sangat baik kalau kita mengkonsumsi minum-minuman yang dapat memberikan kesehatan dalam kehidupan kita tetapi apa jadinya kalau kita mengkonsumsi berbagai minum-minuman yang mengandung alkohol. Kasus inilah yang telah menjadi budaya dan tradisi di masyarakt Papua. Dulunya minuman yang dianggap minuman keras dan dikonsumsi oleh orang Papua adalah minuman sejenis saguer atau yang biasa mereka sebut dengan minuman bobo. Minuman ini kalau dikonsumsi dapat menggaggu kesehatan namun tidak terlalu berdampak terhadap kesehatan kita.

Tetapi berbeda dengan berbagai minuman keras yang masuk dari luar Papua seperti Mansion House, Bir Bintang, Kawat Duri dan minuman lainnya yang tergolong dalam minuman keras yang dapat mengganggu kesehatan bahkan sampai dapat membuat nyawa seseorang lenyap apabila dikonsumsi terlalu berlebihan. Minuman-minuman keras seperti ini awalnya tidak pernah diketahui oleh orang Papua, namun perkembangan zaman yang kian modern membuat budaya minum khususnya untuk minuman keras telah berkembang luas dikalangan seluruh masyarakat. Bahkan menurut beberapa orang budaya minuman telah dimasukan kedalam layaknya budaya makan-minum di kehidupan sehari-hari.

Bukti kalau budaya minuman keras telah membabi buta di Papua dengan berbagai pengamatan yang betul secara fakta. Seperti kalau diamati khususnya pada malam hari di terminal Taman Gizi terdapat banyak orang berkeliaran sambil mengahabiskan puluhan bahkan ratusan botol minuman, yang mengkonsumsi minuman tersebut bukan saja kaum pria namun ada juga kaum wanita. Selain di Taman Gizi di berbagi tempat-tempat hiburan seperti di perempatan Nabarua, di daerah Sanoba,  di daerah Kalibobo dan masih banyak lagi tempat-tempat hiburan yang tersembunyi.

Dengan banyaknya tempat-tempat hiburan serta taman untuk para peminum menghabiskan minuman pasti setiap kita akan bertanya apakah tidak ada langkah yang diambil oleh pemerintah maupun para masyarakat agar hal-hal seperti ini tidak membabi buta terus sampai kepada generasi yang berikutnya. Ada berbagai hal yang dapat kita buat agar budaya minuman tidak merajalela dan berkembang ke masyarakat umum dengan semaunya di antaranya adalah mengkampanyekan anti minuman keras, mensosialisasikan dampak yang dapat ditimbulkan dari mengkonsumsi minuman keras, sosialisasi yang kita lakukan dapat melalu berbagai media seperti media elektronik, media masa dan media lainnya.

Selain melakukan kegiatan seperti yang telah disebutkan di atas ada satu cara lagi yang paling ampuh agar budaya mengkonsumsi minuman keras bisa hilang bahkan lenyap dari bumi Papua, cara itu adalah dengan membuat suatu Peraturan Daerah (PERDA) yang intinya dalam Perda tersebut berisi penolakan minuman keras. Dalam hal ini yang berhak bahkan punya wewenang unutk menetapkan Perda adalah Pemerintah Daerah. Tetapi yang menjadi pertanyaan buat kita kenapa sampai saat ini Perda tentang larangan minuman keras belum diberlakukan.

Dengan ketidakseriusan pemerintah dalam hal-hal seperti ini khususnya untuk kota Nabire apakah kota tempat kita berpijak dan tinggal ini masih bisa aman, tentram dan kondusif dari berbagai hal dan gangguan yang tidak diinginkan. Salah satu daerah yang perlu kita contohi khususnya dalam hal penolakan minuman keras adalah kota Manokwari. Daerah ini karena dipimpin oleh seorang yang takut akan Tuhan sehingga pada saat ini berbagai Perda tentang penolakan minuman keras diberlakukan kemudian berbagai operasi dijalankan yang intinya menolak masuknya minuman keras dari daerah luar. Menggunakan berbagai cara seperti itu membuat saat ini kota Manokwari dikenal sebagai salah satu kota yang paling aman, tentram dan kondusif di Provinsi Papua.

Penguraian singkat tentang budaya natural maupun budaya terapan melalui lembaran kertas ini diharapkan khususnya untuk para pemuda-pemudi yang masih di bangku pendidikan agar tetap setia dan rela mempertahankan kebudayaan yang telah dianut dan diterapkan. Kita sebagai orang berpendidikan pasti tahu mana hal yang baik dan mana hal yang jahat, dengan demikian mari kita sama-sama tetap menjaga dan memajukan apabila kita nilai budaya yang kita miliki adalah budaya yang benar kemudian mari kita buang jauh-jauh dan musnahkan apabila budaya yang telah kita anut dan lestarikan sejak lama adalah budaya yang salah dan tidak benar. Bukti besar yang dapat terlihat kalau kita mencintai dan menghormati ciptaan Tuhan adalah menjaga dan melestarikan kebudayaan yang kita miliki.

Selamat melestarikan budaya baik yang ada dan selamat juga atas dibuangnya budaya yang buruk.

(tulisan ini telah dipublikasikan di www.wikimu.com di tahun 2008. Tulisan ini masih sangat relevan dengan kondisi saat ini dimana ekses globalisasi tidak hanya berpengaruh terhadap perekonomian saja, tetapi juga mempengaruhi budaya dan kebudayaan di tanah air. Sudah saatnya melestarikan kekayaan budaya milik kita termasuk budaya saudara kita di Papua. Salam.)

Tentang penulis

Oktovianus Pogau, lulusan siswa SMA di Kabupaten Nabire. Oktovianus Pogau merupakan anak muda yang cukup menonjol & potensial dalam menulis.Ia seorang anak yatim-piatu dari salah satu kampung di pedalaman Paniai. Keinginan untuk maju dan berkembang nampak diri anak muda Papua ini.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com