Jika tahun 2019 dilihat dari hijriah, hurufnya adalah ‘ba’ dan itu “tahun air.” Namun secara masehi, hurufnya duduk di ‘jim’ (jumadil) akhir, disebut “tahun mati,” atau kumpul untuk bermusyawarah dan lain-lain. Maknanya, bahwa pada 2019 nanti dinamika politik cenderung kearah “kumpul-kumpul” bila dilihat secara masehi, tetapi berkumpul bukan cuma berkerumun, atau sekedar ngrumpi. Ya ada musyawarah untuk merajut mufakat, atau merumuskan suatu kebijakan, ataupun membuat aturan baru, merangkai aliansi, membuat pakta-pakta dan seterusnya. Inilah garis besar ketetapan alam (dari Tuhannya) untuk manusia pada 2019 (tahun mati atau kumpul) baik di tingkat global, regional maupun lokal atau nasional.
Terkait prolog di atas, tahun mati telah dibahas sekilas tadi, saya kira cukup, maka pertanyaan selanjutnya pun muncul, “Bagaimana membaca skenario geopolitk 2019 bila ditinjau secara hijriah atau tahun air–tahun ba’?”
Mari melihat air dan sifat-sifatnya. Ya meski permukaannya datar dan atau menyesuaikan ruang, terlìhat tenang, akan tetapi jangan dikira tidak dalam—jeru, kata orang Jawa—serta jangan dianggap tidak ada arus di bawah di permukaan. Sifat menghanyutkan juga ciri dari air. Hati-hati. Penafsirannya, bahwa di tahun air (2019) ini, apa yang terlihat di atas permukaan bukanlah sesuatu sebenarnya dan bukan yang sedang terjadi. Persaingan Cina versus AS bertajuk perang dagang (trade war), misalnya, sekali lagi, itu belum tentu cermin apa yang tengah berlangsung.
Politik praktis bukanlah yang tersurat melainkan apa yang tersirat, kata Pepe Escobar, wartawan senior Asia Times. Niscaya ada hidden agenda di balik open agenda. Ini sudah jamak di dunia (geo) politik. Demikian pula apa yang terjadi di tingkat regional ataupun lokal. Sama saja. Mungkin cuma aktor, skala, modus dan kemasan yang berbeda, sedangkan esensi serta polanya tak jauh beda.
Kembali mengenali sifat air. Ya, air mampu berubah wujud dari cair ke padat (es, contohnya) dan pada suhu tertentu bisa berubah menjadi uap. Artinya apa? Dinamika (geo) politik dapat berubah-ubah setiap saat sesuai kadar suhu (kepentingan). Jadi Ojo gumunan, ojo kagetan.
Narasinya, jangan kaget kalau antara Cina dan AS kemudian bersenyawa, malah bersekutu; jangan heran bila nanti Singapura lebih dekat ke Cina daripada AS atau Inggris; atau tidak perlu bingung jika kelak para anggota ex HTI merapat ke kubu JKW-MA, atau sebaliknya Projo berlabuh ke PS-Sandi, dan seterusnya. Itu cuma pengandaian—sekali lagi, hanya sebuah pengandaian—dari contoh perubahan wujud air ke ujud lainnya. Kenapa demikian? Seperti sifat air yang liquid, dinamika geopolitik 2019 pun fleksibel. Dan lazimnya, perkembangan politik itu bersifat turbulent (tiba-tiba) dan sulit diramal (unpredictable).
Adapun sifat kapilaritas zat cair yaitu mampu merembes ke atas, hal ini berlawanan dengan sifat air lainnya yang selalu mengalir ke tempat lebih rendah. Artinya, kapilaritas itu gambaran kondisi sosial politik di 2019 nanti bahwa kalangan akar rumput mampu mempengaruhi kalangan atas, termasuk top management. Entah apa bentuknya.
Air memiliki massa atau berat. Artinya bahwa momentum 2019 nanti, sejalan dengan tahun mati/kumpul atau musyawarah maka hasil keputusannya memiliki daya dobrak dan power yang bisa membalikkan suasana. Dulu, siapa sangka Polri bisa keluar dari ABRI; dahulu, siapa mengira UUD 1945 dapat diamandemen bahkan sampai empat kali, dan sebagainya. Itu sekedar contoh. Bahwa power dobrak 2019 nanti sangat dahsyat.
Nah, sifat unik dari air bahwa ia mampu melarutkan beberapa zat. Inilah sifat paling terkenal yang dimiliki oleh air. Jika dianalogi pada dinamika politik baik global, regional maupun lokal. Mungkin, sekali lagi–mungkin, Dinasti AS bisa runtuh sebagaimana Uni Soviet dulu pecah berkeping-keping, kenapa saya mengambil contoh ini, sebab hegemoni kapitalis berbasis korporasi dianggap usang, kemungkinan diganti kapitalis berbasis negara seperti Cina misalnya, atau Rusia dan lain-lain.
Masih soal daya larut air, pengandaian untuk di tingkat lokal, bahwa akan “tersapu” (larut)-nya ormas, partai dan faham atau mazhab ekstrim, radikal dan seterusnya di Bumi Pertiwi digulung ombak perubahan. Dan terakhir, sifat air itu menekan ke segala arah. Menyebar di semua penjuru. Artinya, letupan dan daya dobrak 2019 kelak akan masuk dan bisa diterima oleh hampir semua pihak.
Ya, tulisan ini bukan kebenaran, dan tidak ada maksud untuk pembenaran, juga tak ada niat menggurui siapapun terutama para pakar dan pihak yang berkompeten. Hanya sharing ide terkait mapping the future geopolitik 2019 dilihat dari perspektif (hitungan) spiritual.
M. Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI)