Membaca Konflik Amerika Versus China Dari Perspektif Thucydides Trap dan Teori BK

Bagikan artikel ini
Refleksi Kecil Geopolitik di Ujung 2023
Membaca dinamika geopolitik global hari ini, terutama fluktuasi hubungan antara China dan Amerika Serikat (AS), saya teringat dua teori tua tentang penyebab krisis dan peperangan. Dua teori dimaksud, antara lain:
Teori yang pertama, Thucydides Trap: “Kebangkitan Athena, dan ketakutan yang ditanamkan di Sparta, membuat perang tak terelakkan”. Ya. Thucydides Trap alias Perangkap Thucydides dipopulerkan oleh Allison pada 2012 di Financial Times guna menggambarkan opsi perang bagi pemegang hegemoni tatkala muncul kekuatan baru.
Menyimak uraian (teori) Allison di atas, seandainya diksi Athena diganti China, lalu Sparta diubah dengan diksi AS, bisa dibayangkan peristiwa apa yang akan terjadi. Perang? Mungkin! Sebab, kebangkitan China pada satu sisi, dan ketakutan atas kebangkrutan AS di sisi lain kerap bertemu serta bertabrakan pada dimensi-dimensi geopolitik. Entah bertemu pada dimensi frontier, misalnya, atau bertumburan pada dimensi keamananan negara dan bangsa dan seterusnya, terutama dimensi living space (ruang hidup).
Secara fisik, bahwa konflik antara keduanya sudah kerap kali terjadi. Bahkan hari ini, konflik tersebut berkelindan secara masive di medan tempur lain, misalnya, psywar di perairan Laut China Selatan, atau trade war, perang biologi, currency war, ataupun perang teknologi dalam hal persaingan IT, dan lainnya;
Teori yang kedua, tentang Krisis Kapitalis ala Bung Karno (BK) baik kajian teori dari sisi internal maupun eksternal.
A. Dari sisi internal, misalnya, BK menyatakan:
“Dalam kapitalis terdapat penyakit yang inheren. Siklus ekonomi kapitalisme selalu menciptakan krisis bagi dirinya sendiri yang akan merembet menjadi krisis politik dan akhirnya bisa memecah kebekuan menjadi krisis revolusioner. Jalan bagi imperialis untuk menyelematkan dirinya adalah dengan cara teror terhadap rakyat lewat rezim fasisnya atau ditaktor militer”;
B. Sedang dari sisi eksternal BK mengatakan sebagai berikut:
“Kapitalisme yang terjebak krisis akhirnya membuahkan fasisme, sedang fasisme ialah perjuangan penghabisan para Monopolis Kapitalis yang terancam bangkrut”.
Nah, mencermati dengan seksama dua teori di atas, terlihat jelas irisan antara keduanya. Poin inti atas irisan dimaksud adalah, bahwa si subjek butuh pilihan/opsi untuk segera mengambil tindakan cepat guna menghindari kondisi yang bertambah kritis. Bahasa vulgarnya kira-kira begini, “Pilih bangkrut, atau letuskan peperangan”.
Mengapa demikian?
Pengalaman atas Great Depression yang melanda ekonomi Paman Sam dekade 1930-an silam, ada learning points yang mutlak dipetik, bahwa melalui Perang Dunia II (1939-1945), krisis ekonomi berat yang melanda AS dapat diakhiri dan perekonomiannya pulih kembali.
Tampaknya, kedua teori di atas (Thucydides Trap dan BK) sudah klop untuk menggambar posisi China dan AS di panggung geopolitik global. Ya. Kebangkitan China pada satu sisi, dan keberadaan AS yang cenderung bangkrut di sisi lain.
Maka berdasar kedua teori di atas, sesungguhnya perang terbuka secara militer antara China versus AS hanya soal momentum serta pemicu!
M Arief Pranoto, Pengkaji Geopolitik Global Future Institute (GFI)
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com