Kalau saya boleh sarankan, anak-anak kita yang masuk generasi Z ada baiknya mulai sekarang memusatkan diri pada studi di bidang sains, matematika dan engineering.
Jika kita cermati dengan seksama, ada tren global yang cukup mengkuatirkan akhir-akhir ini, misal dengan masuknya perusahaan-perusahaan agregator dari India, mulai dari ghost kitchen yang kemudian pelan-pelan menggantikan restoran konvensional yang selama ini ada dalam benak kita, di ranah pendidikan model e-learning makin marak, begitu juga bertautan dengan keuangan dan kepegawaian, Perkembangan mana kemudian yang akan berdampak buruk pada sektor ketenagakerjaan, bahkan juga bagi para pekerja yang terikat kontrak melalui business outsourcing sekalipun. Dan tren yang saya gambarkan tadi, sepertinya semakin cocok saja dengan maksud yang terkandung dalam Undang-Undang yang kita kenal dengan sebutan Omnibus Law.
Berdasarkan tren global tersebut tadi, menurut saya mengembangkan STEM (Science Technology, Engineering and Mathematics) merupakan merupakan subyek studi yang punya prospek bagus bukan saja untuk saat ini, melainkan juga di masa depan.
Betapa tidak. Kalau pelajari secara cermat omnibus law, sifat relasi antara pekerja dan pemilik usaha adalah independen. Nah, sekarang sifat itu diagregasi dalam sebuah ekosistem Human Resource yang bertumpu pada Information Technology. Berarti, Ekosistem Human Resource yang dikembangkan tidak lagi akan menggunakan tenaga manusia karena digantikan oleh teknologi. Alhasil, posisi tawar tenaga kerja semakin lemah terhadap pihak pemilik usaha. Setiap saat pihak perusahaan dengan mudah bisa merekrut atau memutuskan hubungan kerja terhadap pekerja. Begitulah esensi dan realitas omnibus law ketenagakerjaan.
Seturut dengan perubahan model bisnis seperti saya gambarkan tadi, maka para lulusan dari disiplin ilmu psikologi sekarang sebaiknya fokus pada dua hal saja: talents related (talents mapping dan hunting). Yang lebih menitikberatkan apda pemetaan bakat dan memburu orang-orang yang punya talenta-talenta khusus yang cocok dengan core business perusahaan, serta psikologi untuk hybrid human-robot/ AI. Adapun psikologi industri dan lain sebagainya sepertinya ke depan sudah tidak relevan
Model bisnis yang saat ini sedang marak tersebut, pada perkembangannya telah mengubah banyak hal di Indonesia, dan bertumpu pada STEM. Saya amat berharap jangan sampai anak-anak kita cuma dijadikan obyek tenaga kerja dan pangsa pasar belaka. Saatnya Generasi Muda ikutserta sebagai pemain.
Nuning Hallet, alumni Fakultas Sastra Universitas Padjajaran dan pegiat bidang Social Entrepreneurship.