Persenyawaan Hegemoni dan Skenario Kavling-kavling Geo-ekonomi

Bagikan artikel ini
M Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI)
Menurut hemat saya, hiruk-pikuk politik di Bumi Pertiwi sekarang ini bukanlah tentang perebutan hegemoni antara Barat VS Timur dimana seolah-olah negeri ini sebagai proxy (medan tempur)-nya, tetapi dinamika politik justru lebih mengarah kepada “persenyawaan hegemoni” antara keduanya. Barat ingin ini, Timur mau yang itu. “Cincai-cincai” berlangsung pada tataran top level management secara senyap. Mungkin itulah inti skema kolonialisme super baru di republik tercinta ini.
Pertimbangannya, daripada sama-sama hancur lebur di Laut Cina Selatan kalau digelar skenario “rebutan hegemoni” ala militer. Kalah menang jadi arang. Bukankah lebih nyaman kavling-kavling (geo) ekonomi di Indonesia?
Antara komunis dan kapitalis itu serupa tapi tak sama. Berubah-ubah modus tetaplah sama. Serupa pada daya eksploitasi di wilayah koloni yakni mencari bahan baku semurah-murahnya lalu menciptakan pasar seluas-luasnya, sedang perbedaannya hanya pada management puncak. Maknanya, apabila komunis dikuasai segelintir elit negara, sedang kapitalis dikendalikan oleh sekelompok elit partikelir.
Semuanya tidak ada masalah karena hal itu merupakan implementasi sebuah ideologi jika dikaji dari perspektif geopolitik. Syah-syah saja!
Yang menjadi pokok masalah adalah, kenapa Pancasila dan pasal 33 UUD 1945 justru dianggap bangkai di negerinya sendiri?
Inilah yang menjadikan ruh para pendiri bangsa ini bangkit kembali, lalu merasuk kepada jiwa-jiwa kembang sore dan bunga-bunga sedap malam ..
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com