Pemerintahan progresif sosialis di Amerika Latin sepertinya semakin mendapatkan energi baru dengan semakin solidnya aliansi strategis antara Iran dan beberapa negara Amerika Latin seperti Venezuela, Kuba, Nikaragua dan Bolivia.
Gerakan Revolusi di Amerika Latin mengembangkan hubungan yang semakin erat dengan kekuatan-kekuatan gerakan anti-imperialis yang berbasis di kawasan Asia Barat, untuk membangun fron perjuangan bersama melawan agresi dan eksploitasi negara-negara blok Barat yang dimotori Amerika Serikat beserta sekutu-sekutunya yang tergabung dalam Uni Eropa, NATO dan Israel. Termasuk negara-negara di Timur-Tengah yang tergabung dalam Dewan Kerjasama Teluk (Gulf Cooperation Council).
Baca artikel Ben Norton: Latin American Socialists Unite with Axis of Resistance Against Western Imperialism
Maka persekutuan strategis Iran dengan Venezuela, Nikaragua, Bolivia dan Kuba, merupakan perkembangan yang amat penting untuk menghadapi sistem ekonomi-politik internasional yang merupakan diktatur global (global dictatorship) dan otoriter.
Tatanan Global lintas atlantik yang yang dimotori Washington dibangun selama beberapa abad terakhir melalui serangkaian perang dan invasi militer menduduki negara-negara sasaran, campurtangan asing, kudeta, operasi intelijen bertema regime change atau pergantian kekuasaan, pembunuhan politik terhadap para pemimpin pemerintahan, serta perjanjian-perjanjian perdagangan yang diatur berat sebelah menguntungkan kepentingan negara-negara adikuasa. Tiga kawasan yang dijadikan sasaran utama adalah: Amerika Latin, Timur-Tengah, atau lebih tepatnya, Asia Barat.
Kedua kawasan ini, Amerika Latin dan Timur-Tengah, selain kaya sumberdaya alam, juga punya nilai strategis dipandang dari sudut lokasi geografis. Amerika Latin kaya sumberdaya alam mineral dan hasil-hasil pertanian. Khusus Asia Barat, yang pergolakan globalnya erat kaitannya dengan kawasan Timur-Tengah, kaya sumberdaya cadangan hidro karbon (hydrocarbon). Selain itu kawasan Asia Barat secara lokasi geografis merupakan rute penghubung Asia dan Eropa. Makanya disebut “World Island” atau Pulau Dunia.
Menyadari kenyataan bahwa kawasan Amerika Latin, Timur-Tengah/Asia Barat menjadi sasaran utama negara-negara Imperialisme Barat, maka masuk akal jika muncul pusat perlawanan dari dari kedua kawasan ini untuk membangun fron persatuan perjuangan.
Sejak dulu para pejuang kemerdekaan Arab Palestina berlatih kemiliteran di Kuba dan Nikaragua. Begitupula Libya di bawah kepemimpinan Moammar Qaddafi, mendukung kekuatan-kekuatan sayap kiri di Amerika Latin, meski dalam lingkup yang terbatas.
Ketika Amerika Serikat mengakselerasi perang hibrida untuk menjajah kembali Amerika Latin dan Asia Barat sepanjang dekade 2000-an ini, gerakan perlawanan anti-imperialisme dari masyarakat pribumi kedua kawasan tersebut semakin tumbuh-berkembang dan menjalin suatu aliansi bersama, bukan saja menggalang kerjasama di bidang politik, melainkan juga di bidang ekonomi.
Venezuela, Nikaragua, Bolivia dan Kuba, menemukan sekutu strategis dengan Iran, jantung dari Poros Perlawanan anti-imperialisme di Asia Barat. Agustus ini, direktur the Bolivarian Alliance for the People’s of Our America yang dikenal dengan ALBA, telah melakukan perjalanan bersejarah ke Tehran, Iran, menemui Presiden baru Iran, Ibrahim Raisi.
Sebagaimana diutarakan oleh Sacha Llorenti, Sekretaris Eksekutif ALBA, Iran dan ALBA punya kesamaan pandangan utamanya dalam mempertahankan independensi dan kedaulatan nasional terhadap upaya imperialistik dan hegemonik dari Amerika Serikat dan sekutu-sekutu.
Bahkan, Kemitraan Ekonomi antara Bolivarian Alliance dan Iran telah menjelma sebagai model kerjasama Selatan-Selatan yang tidak saja memperlemah hegemoni imperialisme Barat, melainkan juga dalam mengembangkan kerjasama negara-negara Latin dan Iran tersebut dalam kerangka kerjasama yang saling menguntungkan. Melalui skema ALBA ini pula, berhasil menyingkirkan AS sebagai perantara, sehingga antar negara-negara Amerika Latin dapat mengadakan hubungan perdagangan secara langsung, seraya meningkatkan perekonomian nasional masing-masing negara dari ALBA. Serta memutus ketergantungan impor negara-negara ALBA pada korporasi-korporasi Amerika Serikat.
Persekutuan erat antara Iran dan Venezuela antara Hugo Chavez dan Mahmoud Ahmad Dinejad merupakan salah satu ilustrasi nyata yang mereka pertunjukkan pada saat pemakaman Chavez pada 2013 lalu. Adapun Venezuela, Nikaragua, Bolivia dan Kuba memang selalu kompak dalam menyikapi hegemoni AS seperti ketika Paman Sam menginvasi Libya menggulingkan Moamar Khaddafi maupun Suriah pada 2011 lalu ketika berupaya menggulingkan Presiden Bashar al-Assad. Hanya saja dalam kasus Suriah, AS dan NATO gagal total.
Negara-negara Amerika Latin yang tergabung dalam ALBA ini juga bersekutu dalam satu fron menyatakan solidaritas dengan Palestina, merespons genosida yang dilakukan terhadap warga sipil di Gaza. Chavez kala itu mengutuk tindakan Israel sebagai negara genosida dan instrument pembunuhan perpanjangan tangan AS.
Satu lagi catatan penting. Kerjasama Iran-Cina sebesar 400 miliar dolar AS yang ditandatangani pada Maret 2021 lalu, juga merupakan salah satu tahapan krusial dalam membangun struktur ekonomi alternatif dengan tujuan memperlemah dominasi Washington.
Begitu pula kerjasama yang telah ditandatangai antara Kuba dan Iran dalam kerjasama penanggulangan Pandemi Covid-19, juga harus dibaca sebagai sebagai salah satu contoh bagaimana Kemitraan Selatan-Selatan dapat membantu mengatasi Pandemi Global.
Jika Amerika Latin dan Asia Barat dapat menciptakan persekutuan strategis dengan Rusia dan Cina secara koheren, maka aliansi tersebut pada perkembangannya dapat menimbulkan ancaman serius terhadap Poros AS-Uni Eropa-NATO.
Seturut dengan semakin meningkatnya akselarasi serangan AS terhadap Rusia dan Cina sebagai pesaing global di perlbagai kawasan, maka aliansi alternatif antara Amerika Latin dan Asia Barat tersebut semakin mendesak.
Diolah kembali oleh Hendrajit, Pengkaji Geopolitik, Global Future Institute (GFI)