Catatan Redaksi: Meskipun artikel berikut ini ditulis pada Maret 2020 lalu, saat Trump masih berkuasa di Gedung Putih. Namun kiranya bermanfaat sebagai latarbelakang memahami konstelasi global sebelum dan saat meluasnya pandemic Covid-19 yang kebetulan juga merebak di bulan Maret tahun lalu.
Kebangkitan Timur sedang berlangsung. Begitulah artikel yang ditulis oleh Sylvain LAFORES dalam artikel berjudul: Putin And Trump vs The New World Order: The Final Battle. Apa yang disebut sebagai konsep Tata Dunia Baru atau the New World Order yang merupakan rancangan dari beberapa bankers internasional pada 1773 untuk menguasai dunia secara politik dan ekonomi di tangan sebuah dinasti/keluarga, sekarang sekarang sedang terancam oleh hyper-inflation. Padahal kekuatan global ini sudah menjarah dunia sejak 1944, saat pertemuan Bretton Wood digelar menjelang berakhirnya Perang Dunia II.
Untuk mencegah jangan sangat hyper-inflation, maka kekuatan-kekuatan global tersebut melancarkan serangan virus ke Cina, Italia, Iran dan sekarang ke Amerika Serikat. Meskipun serangan virus covid-19 ini sebenarnya tidak jauh berbeda seperti serangan virus-virus baru lainnya seperti sebelumnya, namun kali ini melalui liputan berbagai media massa, masyarakat ditakuti-takuti sehingga mengisolasi dirinya karena merasa diteror dan ditakut-takuti.
Alhasil, warga masyarakat kehilangan lapangan kerja, perusahaan-perusahaan bangkrut dan gulung tikar, pasar modal mengalami crash, aset-aset ekonomi mongering, triliunan dolar AS hilang dari peredaran digunakan untuk membendung tekanan kejatuhan mata uang dolar.
Namun serangan virus yang ditujukan ke beberapa negara tadi, tidak berjalan sesuai rencana. Cina rupanya berhasil formula penawar antibakteri bernama azythromicin. Presiden AS Donald Trump juga melakukan hal yang sama seperti dilakukan Cina, dengan melawan salah satu instansi di dalam pemerintahannya sendiri, yaitu Federal Drug Administration.
Melalui media sosial, Trump dan sekutu-sekutunya mengkampanyekan kebohongan patologis yang dimotori kekuatan-kekuatan globalis untuk menciptakan panik dan ketakutan melalui saluran-saluran komunikasi dan media milik para global pendukung New World Order.
Alhasil, negara-negara boneka kekuatan-kekuatan global ini secara de fakto semakin hancur saja kredibilitasnya. Sehingga menurut prediksi Sylvain Lafores, Italia bakal keluar dari Uni Eropa setelah krisis Covid ini berakhir. Dengan demikian keluarnya Italia dari Uni Eropa bakal menciptakan domino efek bagi negara-negara Eropa lainnya yang tergabung dalam Uni Eropa maupun pakta pertahanan atlantik utara NATO.
Singkat cerita, tulis Sylvain Lafores, globalisme ala New World Order bakal berakhir.
Nampaknya tren global inilah yang gagal dideteksi para globalis pendukung New World Order ini pada 1991, ketika mereka masih menguasa 95 persen seluruh aset di planet bumi ini, seiring dengan runtuhnya Uni Soviet sebagai pesaing para globalis tersebut. Nampaknya mereka merasa tidak ada penghalang sama sekali untuk mewujudkan impian seperti dalam novel George Orwell berjudul 1984. Menghancurkan beberapa negara di Timur-Tengah, memperluas kekuasaan Israel di kawasan ini, dan menguasa sepenuhnya pasar minyak mentah dunia. Sebuah skema global yang nampaknya sudah dirancang saat Inggris menjanjikan Israel untuk memberikan sebuah negara melalui the Balfour Declaration.
Sewaktu Vladimir Putin mengambil-alih kekuasaan dari Boris Yeltsin, banyak yang mengira mantan Kepala KGB itu tidak jauh beda gaya kepemimpinannya dibanding pendahulunya. Namun belakangan banyak pengamat salah duga. Putin punya patriotism, rasa keadilan yang kuat dan kemanusiaan/humanism, dan di atas semua itu, Putin merupakan reinkarnasi dari kebangkitan kembali kemandirian Rusia di bidang politik dan ekonomi.
Menyadari kekuatan globalis itu dalam menguasai dunia selama 250 tahun kolonialisme dan imperialisme, langkah strategis Putin adalah membangun mesin militer secara diam-diam, untuk mengimbangi dominasi militer para globalis Barat. Maka dimuilailah pembuatan berbagai jenis peralatan militer strategis seperti rudal hypersonic, sebagai sistem pertahanan paling efektif. Maupun beberapa peralatan pertahanan strategis lainnya seperti Sarmat, the Poseidon dan the Avangard, yang juga punya daya offensif untuk menghancurkan negara-negara sasaran dalam beberapa jam saja.
Melalui perbendaharaan peralatan militer yang cukup diandalkan itu, Rusia punya kepercayaan diri untuk mengalahkan keunggulan militer NATO, maupun negara-negara proksinya, seperti diperlihatkan pada September 2015 di Suriah.
Putin juga mulai mempertunjukkan diri melawan skema New World Order di sektor perbankan. Bahkan di dalam kubu New World Order sendiri, beberapa negara mulai mengambil sikap mendukung Rusia setelah negara beruang merah itu mempertunjukkan kekuatannya.
Di bidang diplomasi, Rusia juga berhasil menggalang persekutuan strategis dengan Cina, dan bersama-sama melindungi negara-negara minyak yang independen seperti Venezuela dan Iran, dari kendali kontrol para globalis Amerika dan blok NATO. Bahkan Presiden Turki Erdogan dan Muhammad ben Salman Arab Saudi, juga mulai memihak Rusia.
Keberhasilan Putin menguasai pasar minyak dunia yang merupakan aset vital bagi ekonomi dan militer di depan mata para bankers globalis dan NATO, New World Order nampaknya sekarang ibarat rumah kartu yang setiap saat bisa runtuh akibat terpaan angina.
Ketidakmampuan para globalis mencegah keruntuhan dinasti ekonominya, maka pandemi virus covid-19 dan menciptakan situasi pandemik jadi-jadian(fake pandemic). Tujuannya adalah mencegah semakin meningkatnya hyper-inflation sehingga menjatuhkan nilai mata uang dolar. Sehingga melalui pandemi covid ini, mereka bisa menunda krisis dengan menciptakan virtual world crypto-currency. Sehingga para bankers internasional berharap masih bisa mengontrol arus supply uang.
Menyadari adanya rencana ini, Putin melancarkan serangan balasan. Setelah mengadakan pertemuan dengan negara-negara produsen minyak OPEC, Putin menolak menurunkan kapasitas produksi minyak negaranya. Dan tetap bersikukuh agar harga minyak per barrel 30 dolar AS. Dengan begitu Putin berhasil melumpuhkan produksi minyak negara-negara Barat.
Dalam situasi seperti itu, pihak perbankan internasional, termasuk Bank Sentral Amerika The Federal Reserve, terpaksa mengambil uang yang beredar di pasar modal untuk menyuntik dana mencegah bencana ekonomi. Sepertinya para bankers internasional kali ini tidak punya solusi atasi krisis.
Sementara itu, chloroquine sebagai vaksin pencegah covid juga dianggap berbahaya bagi pasien, sehingga Trump mendesak Federal Drug Administration untuk mengeluarkan obat-obatan buat menyelamat pada penderita terpapar covid. Hal ini berakibat buruk bagi beberapa pharmasi global yang sedianya akan memanfaatkan situasi pandemic ini. CEO Big Pharma dipecat karena gagal membuat kontrak pengadaan vaksin. Apalagi pemerintahan Prancis di bawah Macron juga melarang chloroquine karena dianggap obat yang berbahaya bagi pasien terpapar corona.
Federal Reserved sejak Maret 2020 lalu, berada dalam kendali orang-orang yang ditunjuk Trump. Bank-bak swasta AS yang selama ini terlibat dalam urusan-urusan warga masyarakat/public affairs, sekarang tidak boleh lagi. Sehingga berakhirlah eksploitasi sektor perbankan terhadap hajat hidup warga masyarakat Amerika.
Trump dan Putin harus bersatu untuk menghentikan IMF, Bank Dunia, the European Central Bank, Uni Eropa, NATO, Akan terjadi perubahan cukup drastis antara 2020-2024.
Diolah kembali oleh Hendrajit, pengkaji geopolitik, Global Future Institute.