Runtuhnya Dinasti Amerika (1)

Bagikan artikel ini

M Arief Pranoto, Pemerhati Masalah-Masalah Internasional Global Future Institute (GFI)

Sekitar 1976-an doeloe, ketika seorang ilmuwan politik Prancis, Emmanuel Todd meramal kejatuhan Uni Soviet – banyak orang tertawa. Ngenyek. Akan tetapi manakala tahun 1991-an negara komunis terbesar di dunia itu terbelah menjadi beberapa negara merdeka, masyarakat internasional ternganga lalu

Agaknya, peristiwa tersebut berulang tatkala Igor Nikolaevich Panarin, peraih doktor ilmu politik studi administrasi publik dari Russian Academy memprediksi kejatuhan Amerika Serikat (AS) sekitar bulan Juni dan Juli tahun 2010. Orang-orang pun kembali menertawakan. Sebab hingga jatuh tempo ramalannya (Juli 2010), hegemoni AS masih relatif kuat. Itulah ramalan. Hukumnya sunah. Boleh percaya boleh tidak. Namun sebaiknya, perihal tempo dan waktu diabaikan. Dalam catatan ini, penulis mencoba menelaah pokok-pokok pikiran dari indikasi dan penyebab jatuhnya Dinasti Amerika.

Kejatuhan AS versi Panarin

Menurut Panarin, ada dua negara bagian AS yang akan mendeklarasikan kemerdekaannya. Pertama, California membentuk republik tersendiri dan menjadi bagian dari Tiongkok. Kedua, Texas juga membentuk republik, lalu diprediksi jatuh ke pangkuan Mexico.

Dua wilayah lain, yakni Washington DC sebagai pusat pemerintahan dan New York yang dikenal pusat  bisnis dan ekonomi  tersibuk di dunia, memisah diri (bergabung) menjadi bagian dari Amerika Atlantik. Lalu Pemerintah Amerika Atlantik menjadi bagian dari Uni Eropa.

Kanada juga ambil bagian dalam kelompok negara utara yang disebut Panarin sebagai Republik Amerika Utara Pusat. Dan terakhir ialah negara bagian Hawai menjadi bagian protektorat Jepang atau Tiongkok. Sedang Alaska, teritori AS yang terpotong geografi oleh Kanada, kembali dikuasai Rusia, mengingat wilayah itu doeloe merupakan bagian Kekaisaran Rusia.

Terdapat beberapa isyarat, mengapa AS diprediksi terpecah seperti halnya Uni Soviet dahulu. Antara lain :

Pertama, faktor imigrasi massal dan krisis moral. Jumlah penduduk membludak, lalu pengangguran meningkat. Hal ini tidak saja menurunkan perekonomiannya di tengah krisis dunia yang tak kunjung usai, tetapi juga berpotensi menurunkan moral dan krisis kepercayaan rakyat terhadap pemerintah. Beberapa aksi nyata terkait krisis moral sering terlihat dalam dinamika masyarakat. Seperti penembakan di sekolah, peningkatan populasi narapidana, bertambahnya kaum gay dan lain-lain.

Kedua, krisis ekonomi berkepanjangan. Panarin mencontohkan isue kebangkrutan Citigroup, salah satu bank pemimpin di AS yang beroperasi di 100-an negara. Meski banyak pengamat menampik anggapan tersebut dan mengatakan bahwa institusi keuangan raksasa tersebut terlalu kuat untuk jatuh. Selain itu juga, soal penalangan jutaan bahkan milyaran dolar AS oleh pemerintahan Obama kepada sebuah perusahaan asuransi terkemuka dan juga berbagai bailout lainnya.

Menurut Panarin, seluruh prediksi berdasar analisis yang diperolehnya dari Federal Agency of Government Communications and Information, sebuah divisi agen mata-mata Rusia yang bertanggung jawab terhadap intelijen dan komunikasi keamanan pemerintahan. Melalui data itu, Panarin memprediksi bahwa kondisi ekonomi, finansial dan trend demografi yang bisa memancing krisis sosial dan politik.

Ketika krisis semakin menguat, maka negara maju cenderung menahan dana dari pemerintahan federal. Kemudian satu per satu negara-negara bagian pun melepaskan diri. Kerusuhan sosial terus meningkat, termasuk bakal terjadi perang saudara (perang sipil). Disinyalir akan ada “kekuatan asing” bergerak masuk, kemudian AS pun terpisah-pisah berdasarkan etnis. Kajian Panarin, bahwa Tiongkok dan Rusia bakal mengganti peran AS sebagai pengatur finansial global. Demikianlah sekilas ramalan profesor politik dari Rusia.

(Bagaimana keruntuhan Dinasti Amerika menurut pandangan warga negaranya sendiri? Ikuti setelah tayangan yang satu ini –BERSAMBUNG-2)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com