Sejarah Kelam AS: Pernah Menggunakan Senjata Biologis Terhadap Korea Utara dan Cina dalam Perang Korea 1950-1953

Bagikan artikel ini

Ada catatan sejarah kelam Amerika Serikat yang sampai hari ini masih ditutup-tutupi. Bahwa angkatan darat AS pernah menggunakan senjata biologis di wilayah Korea Utara (Korut) dan Cina pada saat berlangsungnya Perang Korea pada 1950-1953. Hal ini untuk kali pertama diungkap oleh pihak Korea Utara pada Mei 1951.

Setahun kemudian, selain Korut, Cina pun menyatakan hal senada bahwa melalui pesawat tempurnya tentara AS menyebarkan tabung berisi serangga dan tikus. Sehingga berakibat timbulnya wabah penyakit pes dan demam berdarah di beberapa daerah pedesaan maupun medan tempur yang berada di Korut dan Cina.

Pada 1952  International Scientific Commission (ISC) segera menggelar pertemuan, dan memutuskan untuk mengadakan kunjungan ke Korut dan Cina untuk mengadakan investigasi terkait sinyalemen tindakan militer AS menyebar wabah pes lewat udara.

Maka dibentuklah tim 9 untuk memeriksa dan mengumpulkan semua informasi, mengunjungi lokasi yang diduga jadi obyek penyebaran virus, maupun kesaksian dari beberapa saksi, untuk memperoleh bukti-bukti dari berbagai sumber.  Bahkan sempat menginterogasi beberapa pilot pesawat tempur AS yang berhasil ditangkap pihak Korut maupun Cina.

Bukti-bukti yang berhasil terkumpul dari hasil penyelidikan tim 9 ISC ternyata memang tak terbantahkan. Bahwa pasukan angkatan darat AS terbukti telah menyebarkan senjata biologis di beberapa tempat yang berhasil diidentifikasi dan dalam waktu yang telah ditentukan (After compiling the record, the Commission determined that the testimony and evidence was overwhelming that the U.S. Army had deployed biological weapons in war at several identified places at specific times).

Baca: The dirty secret of the U.S.-led war in Korea 1950-53: Biological warfare

Namun Presiden AS Harry Truman, Jenderal Douglas McArthur, kementerian luar negeri maupun CIA, membantah pihak Korut maupun Cina atas penyebaran senjata biologis tersebut. Bahkan menuding para anggota ISC sebagai agen-agen komunis dan alat propaganda Cina dan Korut.

Ketika Dwight Eisenhower terpilih jadi presiden AS menggantikan Truman, kemudian mempeti-eskan temuan ISC tersebut. Sehingga hilang dari radar pengawasan publik AS.

Bukan itu saja. Semua arsip dan dokumen terkait penyebaran senjata biologis baik melalui angkatan darat maupun angkatan udara AS, sontak hilang lenyap selama 65 tahun hingga kini. Seorang wartawan AS John W. Powell, diadili oleh pengadilan federal atas dakwaan bersimpati kepada komunis, menyusul terbitnya liputan investigasinya terkait penyebaran senjata biologis tentara AS di Korut dan Cina, di majalah Monthly Review, yang terbit di Shanghai, Cina.

Namun John Powell tidak putus asa. Pada 1983, dia memperbarui laporan investigasinya, dan menemukan sebuah fakta baru yang cukup penting. Bahwa dalam menyebarkan senjata biologisnya dalam Perang Korea, angkatan darat AS memperoleh senjata biologisnya dari Jepang seusai Perang Dunia II.

Rupanya dalam laporan John Powell, angkatan darat Jepang mengadakan riset rahasia mengenai fasilitas pembuatan senjata biologis bernama unit 731di bawah komando Jenderal Shiro Ishii, di dekat Harbin, Cina, tepatnya di Manchuria, yang berada dalam kekuasaan tentara Jepang. Yang jadi sasaran kelinci percobaan adalah para tahanan perang yang berhasil ditangkap tentara Jepang. Sehingga ribuan tahanan yang tewas akibat terkena penyakit menular sewakti jadi obyek eksperimen Jepang.

Menurut temuan John Powell, 400 ribu orang petani dari Cina, Siberia dan Manchuria, tewas akibat penyakit menular yang tak dikenal akibat tabung berisi serangga dan tikus yang disebar melalui pesawat tempur angkatan udara Jepang.

Rupanya hasil temuan John Powell tersebut juga tak luput dari penilaian para anggota ISC. Yang lebih menguatkan kecurigaan atas keterlibatan Jepang dalam pembuatan senjata biologis itu, Jenderal Shiro Ishii dan para stafnya, berhasil diselamatkan Jenderal McArthur di Tokyo. Sehingga kuat dugaan bahwa seluruh hasil riset Jendral Shiro Ishii, kemudian diserahkan pada pihak AS,dan berhasil diterbangkan ke sebuah laboratorium riset angkatan darat AS di  Ft. Detrick, MD.Sedangkan Jenderal Ishii dan para ilmuwan yang bekerja untuknya, berhasil mendapatkan hak kekebalan sehingga bebas dari jeratan hukum sebagai penjahat perang.

Namun demikian, para aparat keamanan nasional AS hingga kini menyangkal adanya penyebaran senjata biologis di Korut dan Cina. Seorang pakar dari Woodrow Wilson Institute Milton Leitenberg, nampaknya dijadikan corong pihak keamanan nasional AS untuk membangun opini bahwa temuan ISC maupun pernyataan pihak Korut dan Cina, hanya sekadar hoax alias propaganda bikinan Joseph Stalin, Mao Zedong, dan Zhou en Lai.

Namun demikian teori konspirasi Leitenberg, nampaknya bertumpu pada sumber-sumber materi informasi maupun catatan-catatan sejarah yang tidak masuk akal dan meragukan. Agaknya, inilah yang menjadi faktor penghambat normalisasi hubungan bilateral AS-Korut. Tak mungkin permusuhan bisa diakhiri atas dasar kebohongan dan pemalsuan sejarah.

Hendrajit, pengkaji geopolitik, Global Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com