Sepintas Mengenal Non State Actor

Bagikan artikel ini

Diskusi Ringan Geopolitik

Ketika Perang Dingin (Cold War) usai ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet, ketika itu, geopolitik sudah memberi isyarat dan peringatan kepada publik global bahwa kelak bakal ada tantangan urgen bagi konstelasi (geo) politik di masa depan. Adapun poin narasi isyarat dan peringatannya sebagai berikut:

“Bahwa publik global akan dihadapkan pada ancaman keamanan (bentuk) baru. Dan ancaman bentuk baru tersebut bukanlah serangan militer dari/oleh suatu negara terhadap negara lain, tetapi ancaman tindak kejahatan yang dilakukan oleh non-state actors“.

Pertanyaan selidik pun muncul, “Apakah hal ini bermakna, bahwa non-state actor nantinya akan menjadi sumber ancaman bagi state actors?” Mari kita lanjutkan diskusi kecil ini.

Bagi pembelajar geopolitik dan HI, khususnya, istilah non-state actor (aktor nonnegara) dan state actor (aktor negara) bukan frase baru. Kalau (aktor) negara telah jelas definisi dan contohnya, sedang untuk aktor nonnegara itu terdiri atas NGO/LSM, misalnya, atau badan internasional, kelompok lobi, bisnis, media, MNCs atau korporasi global khususnya korporasi yang terkait hajat orang banyak, individu-individu, ataupun aktor kekerasan semacam separatisme, paramiliter berkedok agama, etnis dan lain-lain. Itu sekilas gambaran tentang aktor nonnegara atau istilah kerennya non-state actor.

Tidak boleh dipungkiri, ia memiliki power yang setara/sejajar dengan negara bahkan kerap di atas negara (above the state) karena kuatnya power terutama power finansial, power politik dan networking. Mereka mampu membuat, menggerakkan serta mempengaruhi apapun bila terkait kepentingannya, terutama mempengaruhi dalam hal regulasi (UU), membidani kebijakan, bahkan menciptakan aksi bersenjata sekalipun. Dan manuver non-state actors hampir tidak teraba tetapi dampaknya bisa dirasakan. Kenapa? Ya, selain kerap menggunakan proxy —perpanjangan tangan— atau pihak (ketiga) lain, juga modus yang digunakan kerap bersifat asimetris, nirmiliter serta tidak langsung.

Bagi kepemimpinan strategik, seyogianya para aktor nonnegara ini bisa dijadikan peluang oleh negara, namun sering pula menjadi ancaman baik nasional, regional maupun ancaman global jika sistem dan regulasi tidak lagi berpihak kepadanya, atau ia memiliki (hidden) agenda tersendiri.

VOC misalnya, itu salah satu raksasa non-state actor pada masanya meski toh akhirnya bangkrut (tahun 1799). Bangkrutnya VOC selain akibat korupsi di internal, juga muncul kompetitor lain yakni English East, aktor sekelas VOC.

Kalau sekarang, aktor nonnegara itu semacam the seven sisters, big pharma, ataupun korporasi global lain bidang pangan, energi, tambang, IT, farmasi dan lain-lain, sedang untuk aktor individu mungkin dapat dirujuk sosok semacam George Soros, misalnya, atau Bill Gates, Jack Ma, Michail Bloomberg dll. Ya, kendati mereka bukan politikus, bukan raja dan tak pula presiden, tetapi geliatrnya mampu mempengaruhi konstelasi geopolitik global. Bill Gates, contohnya, sekali lagi — meski ia bukan dokter tetapi berbagai telaah serta analisa di dunia paramedis tentang Covid-19 justru merujuk (clue)-nya. Secara data, Gates memang donatur WHO ke-2 terbesar di bawah Amerika (AS). Tatkala di era Trump, AS mencabut kontribusinya terhadap WHO maka bisa dipastikan bahwa Gates kini merupakan penyumbang terbesar. Retorika pun muncul, “Bagaimana WHO tidak lebih loyal kepada Gates daripada entitas lainnya, sedang ia merupakan donatur terbesar?” Di sini terlihat, betapa dahsyat power finansial, jaringan dan power politik yang dimiliki non-state actor semacam Gates.

Nah, fakta-fakta tersebut silahkan dianalogi pada masing – masing kawasan dan/atau negara. Siapa aktor-aktor nonnegara di masing-masing wilayah; lantas, apa peran dan bagaimana kiprah mereka selama ini?

Bila merujuk prolog catatan ini, geopolitik telah memberi isyarat bahwa non-state actors inilah yang kelak menjadi ancaman bentuk baru bagi negara. Maka pertanyaan gelisah pun muncul, “Sudahkan negara-negara di dunia telah merumuskan spektrum ancaman bentuk baru yang berasal dari non-state actors?”

Jawabannya tersimpan nun jauh di sana, di lubuk hati yang paling dalam.

**) Pointers obrolan di Sanyata Coffee pimpinan Romeo10 We Create the Future Leaders

M Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com