Jika kita tidak belajar dari sejarah, maka kita akan ditakdirkan untuk mengulanginya kembali.
(George Santayana).
Thomas Stamford Raffles, buat bangsa Indonesia, terutama Jawa, merupakan penjajah, karena Inggris sempat menjajah tanah Jawa antara 1811-1816. Bahkan tak kalah lalim dibandingkan Belanda.
Namun dalam kesejarahan Inggris, Raffles dielu-elukan sebagai pahlawan karena dipandang sebagai bapak pendiri Singapura. Nah, bagaimana ceritanya Raffles yang waktu itu lagi frustrasi gegara Inggris harus menyerahkan kembali Jawa ke tangan Belanda, sebagai sesama sekutu pemenang perang dalam mengalahkan dominasi pemimpin Prancis Napoleoon Bonaparte di Eropa. Lalu Tiba-tiba punya ide buat menguasai Pulau Singapura?
Raffles, yang kelak menerbitkan buku berjudul The History of Java pada 1817 itu, memang harus diakui luas wawasan geopolitik dan budaya lokal bangsa Melayu dan Jawa. Dalam pandangan geopolitik Raffles, untuk mengimbangi Belanda yang sudah berhasil menjarah Maluku, beberapa daerah di Sumatra, Sulawesi termasuk belakangan juga Bengkulu, dalam bacaan geopolitik Raffles, Singapura amat penting untuk dikusai Inggris, buat mengimbangi semakin kuatnya pengaruh Belanda di gugusan pulau-pulau Melayu.
Mulanya atas atas saran beberapa orang dekatnya, Raffles berencana menguasai Pulau Karimun. Namun feeling geopolitik Raffles cukup jitu juga. Dia memilih pulau Singapura.
Menurut beberapa literatur sejarah, Raffles mendarat di Singapura pada 29 Januari 1819. Jadi rupanya waktu itu Singapura masih merupakan daerah vassal atau daerah taklukkan dari Johor-Riau. Ibarat istilah sekarang, yang jadi bupatinya Singapura yang merupakan perpanjangan tangan dari Johor-Riau adalah Temenggung Abdur Rahman. Memerintah Singapura atas nama Sultan Johor-Riau.
Saat Raffles mendarat di Singapura, penduduknya masih sekitaran 300 orang, yang umumnya matapencarian hidupnya sebagai nelayan penangkap ikan. Jadi yang lumayan punya rumah yang rada berkelas cuma Temenggung Abdur Rahman.
Nah langkah pertama Raffles adalah merayu Temenggung Abdur Rahman agar mengizinkan kompeni Inggris mendirikan loji di Singapura. Dan bikin komitmen bahwa Temengung Abdur Rahman tidak akan berhubungan dengan kerajaan lain, kecuali Inggris.
Namun Raffles sadar bahwa ini baru langkah awal dan perjanjian/kesepakatan baru bersifat pribadi dengan Temenggung Abdur Rahman pribadi. Belum dengan Sultan Johor-Riau yang merupakan atasannya langsung. Ibarat istilah sekarang, perjanjian bilateral masih belum G to G, masih antar oknum pemain global dan lokal yang kebetukan punya kekuasaan masing-masing yang melekat pada jabatannya.
Meskipun Inggris, seperti halnya beberapa kongsi dagang yang tergabung dalam VOC Belanda, East India Company (EIC) sebagai kongsi dagang Inggris, berhak bikin perjanjian internasional atas nama negara induknya, juga diberi wewenang membentuk tentara atas nama induknya. Namun ikatan perjanjian dengan Temenggung Abdur Rahman dirasa belum memuaskan.
Menyadari bahwa menguasai Temenggung Abdur Rahman baru tahap awal menguasai Singapura secara nirmiliter, Raffles mulai menyebar informan-informan intelijennya ke Johor-Riau. Karena sasaran selanjutnya menguasai Johor-Riau yang menaungi pulau Singapura.
Usut punya usut, Raffles kemudian dapat laporan bahwa Sultan Johor, Riau dan Lingga, baru saja menganhkat, persetujuan Belanda, Yang Dipertuan Muda Riau, Sultan Abdur Rahman al-Moazam Syah pada 1818. Bagaimana Raffles mengartikan informasi ini untuk tujuannya sendiri menguasai penuh Singapura?
Ternyata dalam laporan intelijen yang diterima Raffles, di istana Riau sedang terjadi perselisihan keluarga yang cukup serius karena berebut kekuasaan. Menurut informasi, yang berhak menjadi Sultan sebenarnya Tengku Long sebagai anak sulung. Ternyata selain dia disingkirkan sebagai calon sultan, Tengku Long tidak diberi uang belanja oleh sultan. Sehingga dia hidup miskin di Riau.
Nah, buat Raffles ini bukan sekadar informasi. Tapi merupakan harta karun alias rejeki nomplok. Bagi Raffles info ini dia jadikan jembatan untuk mengusai bukan saja Singapura, tapi juga daerah lainnya di semenanjun Melayu. Ibaratnya info ini jadi titian buat mendaki ke tempat yang lebih tinggi.
Singkat cerita, Raffles mengirim utusan ke Riau menjemput Tengku Long. dengan janji iming-iming akan dijadikan Sultan di Singapura. Begitu sampai di Singapura pada 2 Februari 1819, Tengku Long diterima dengan penuh hormat oleh Raffles. 6 Februari 1819 dengan upacara adat-istiadat, Tengku Long dilantik jadi sultan Singapura bergelar Sultan Husain Syah.
Lantas bagaimana dengan Temenggung Abdur Rahman yang sejatinya merupakan pejabat yang berada dalam naujngan Johor-Riau yang melingkupi Singapura? Raffles juga bikin kesepakatan. Inggris mengakui kekuasaan Sultan atas rakyatnya, dan berhak menghukum pembangkangan rakyatnya. Namun di bidang keamanan dan kekuasaan negara, berada di tangan Inggris.
Sebagi imbalan karena bersedia jadi agen-agen proksi Inggris, SultanSultan Husain Syah diberi gaji 5000 dolar Spanyol setahun, dan Temenggung Abdur Rahman diberi gaji 3000 dolar Spanyol per tahun.
Sejak itu kerajaaan Melayu yang besar ituy terpecah dua. Sebagian di bawah naungan Belanda seperti Pulau Riau dan Lingga, Karimun dan Singkep. Sebagian lagi, Johor dan Singapura berada dalam kekuasaan Inggris.
Cara-cara licin atau bahkan licik Inggris ini, ternyata belum memuaskan Raffles. Apalagi semakin hari sepertinya nilai geopolitik Singapura ini makin strategis saja. Maka ketika residen Craufurd yang merupakan tangan kanan dan kawan karib Raffles bahkan sejak menjajah Jawa, mulai memerintah pada 1824, maka digulirkanlah rencana Inggris buat menjajah Singapura secara langsung.
lagi-lagi car-cara licik Inggris mulai dimainkan Raffles dan Craufurd yang sejatinya juga pakar ketimuran yang paham budaya dan watak Melayu dan Jawa secara mendalam. Cara yang ditempuh adalah: gaji Sultan Husein Syah dan Temenggun Abdurahman dihentikan. Dasarnya kedua pemimpin itu bgergaya hidup mewah dan senang-senang, begitu gaji dihentikan, akibatnya mulai utang sana utang sini. Meskipun masih dapat duit dengan narik pajak dari cukai-cukai pelabuhan, tapi karena gaya hidup mewah, ya tetap aja nggak cukup.
Nah setelah terbelit utang, atau kalau istilah sekarang debt trap alias jebakan utang, maka apa boleh buat akhirnya nyerah juga sultan dan temenggun itu. Maka dengan mudah Craufurd tinggal menyodorkan kepentingannya tanpa perrlawanan sama sekali.
1. Inggris menguasai Singapura dan pula-pulau kecil sekelilingnya kepada Inggris.
2. Selama masih hidup, Sultan dapat gaji sebulan 1300 ringgit dan Temenggung 700 ringgit.
3. Apabila Sri Sultan dan Temenggung hendak meninggalkan Singapura, Inggris akan membayar kepada masing-masing 20 ribu ringgit Spanyol.
Bagaimana nasib Sultan Husein Syah dan Temenggung Abdur Rahman sebagai agen2 proksi Inggris? Ternyata derajatnya tidak semulia jabatannya. Sultan Husein Syah pindah ke Malaka dan meninggal di sana. Artinya, tidak meninggal di tanah airnya sendiri.
Temenggung Abdur Rahman tetap di Singapura sampai meninggalnya, berstatus sebagai bangsawan yang telah kehilangan kekuasaan. Artinya jabatan tanpa martabat dan derajat.
Hendrajit, pengkaji geopolitik, Global Future Institute.
Facebook Comments