Strategi Katak MacArthur: Jadikan Biak Batu Loncatan ke Filipina

Bagikan artikel ini

Keputusan Presiden AS Frank Delano Roosevelt yang menarik dan luput dari kajian para pakar geopolitik internasional pada Perang Dunia II adalah: Dari Irian, Jenderal MacArthur harus mendarat di Filipina. Artinya, menjadikan Filipina sebagai destinasi, bukan sekadar dilewati. Menguasai irian, lalu ke Filipina, baru menuju Okinawa, Jepang.

Strategi Lompat katak MacArthur ini waktu itu sangat terkenal. Sehingga menjadikan Pulau Morotai di Maluku Utara, menjadi sasaran strategis panglima angkatan darat AS tersebut. MacArthur tiba di Morotai pada 15 September 1944.

Gagasan di balik strategi lompat katak MacArthur, serang pertahanan Jepang yang paling lemah. tanpa mengorbankan banyak jiwa dan waktu. Melalui siasat ini, MacArthur berhasil mengisolasi konsentrasi kekuatan tentara Jepang di Wewak dan Madang, Papua Nugini, yang waktu itu daerah jajahan Australia. Mengapa di kedua daerah itu? Jepang terpancing pada dis-informasi yang dilancarkan sekutu, bahwa tentara Amerika akan menguasai daerah Wewak dan Madang. Sehingga Jepang memusatkan kekuatan militernya di tempat itu.

Padahal, sasaran MacArthur adalah Irian, sebelah baratnya Papua Nugini, yang sekarang bernama Papua, yang waktu itu merupakan daerah jajahan Belanda. Yang kelak bergabung kepada Indonesia.

Pelajaran penting dari kisah ini: Yang mampu melihat secara jeli keunggulan lokasi geografis sebuah negara, dia lah yang akan ditakdirkan jadi pemenang perang. MacArthur lebih paham nilai strategis Irian atau Papua dibanding Jepang. Bahkan ketika tentara sekutu mendarat di Irian, Jepang sama sekali tidak mengerahkan kekuatan militernya secara penuh. Bahkan Jepang tidak mencegah pendaratan sekutu di Irian dengan kapal kapal besar.

Rupanya dalam cara pandang geopolitik Jepang terhadap Indonesia, Irian tidak dianggap penting oleh negara matahari terbit itu. Barulah setelah sekutu mendarat di Biak, Jepang baru ngeh bawah Biak merupakan batu loncatan ke Filipina. Setelah sadar Jepang baru mengerahkan pasukannya besar-besaran ke Biak, tapi sudah terlambat.

Hendrajit, Pengkaji Geopolitik dan Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com