Tanam dan Lestarikan Budaya “Malu”

Bagikan artikel ini

Dedy Setiono, Alumni Pengurus PMII

Jika melihat realitas ke¬hidu¬pan di Indonesia saat ini, ternyata rasa malu juga menjadi barang langka di negeri ini. Rasa malu tidak hanya terkikis bahkan habis pada semua level masyarakat Indonesia. Malu merupakan identitas bu¬daya timur, se¬ka¬ligus sifat asasi dari ma¬nusia. Rasa malu itulah yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya. Namun terkadang rasa malu itu ditanggalkan akhirnya rasa malu yang ada pada dirinya menjadikan sikap manusia jauh lebih rendah dari pada binatang.  Namun dalam konteks ini adalah, malu dalam kerangka pendekatan budaya yang bermakna positif. Bahwa rasa malu sudah menjadi karakter pada masyarakat, dan rasa malu mempengaruhi pola hidup masyarakat itu sendiri sehingga menjadi suatu bu¬daya. Baik dalam individu seorang, kelompok dengan kelompok, apalagi seorang pemimpin terhadap masya¬rakat yang dipimpinnya.

Indonesia terlahir engan berjuta anugrah Tanah yang luas nan subur, kekayaan alam yang melimpah, dan sumber daya manusia yang mympuni ialah modal utama untuk menjadi bangsa yang besar. Sayangnya, semua kelebihan itu takkan perrnah memiliki  arti karena satu hal, yakni tidak adanya budaya malu.Kemajuan dan kesuksesan sebuah bangsa amat ditentukan seberapa kuat budaya malu memengaruhi perilaku masyarakatnya. Semakin maju sebuah bangsa, semakin kuat budaya malu mereka. Semakin beradab sebuah bangsa, semakin kukuh budaya malu menjadi pijakan mereka dalam kehidupan sehari-hari.Itulah yang secara gamblang ditunjukkan negara-negara maju. Sebaliknya di Indonesia, budaya malu justru menjadi barang yang semakin langka. Budaya malu tidak hanya kian terkikis, bahkan nyaris habis hampir tak tersisa di kehidupan seluruh level masyarakat.Tak terbilang seruan dari sejumlah kalangan agar kita menjadikan budaya malu sebagai panduan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tetapi seruan tersebut ibarat berteriak di hamparan padang sahara, seruan demi seruan itu hilang begitu saja terbawa angin. Amat sedikit yang mendengarkan dan peduli terhadap seruan tersebut.Rasa malu masih saja sangat mahal di semua lapisan masyarakat Indonesia, baik dari kalangan pejabat tinggi, aparat hokum bahkan masyarakat pada umumnya, suatu contoh hal yang kecil dilakukan oleh semua golongan, sebagian besar wmasyarakat tak merasa malu membuang sampah sembarangan, berkendara sembarangan, dan parkir sembarangan, kebiasan buruk ini rata-rata dilakukan oleh semua lapisan masyarakat dari lini atas hingga lini bawah.

Penambahan volume sampah puluhan juta ton disetiap harinya di seluruh daerah yang mengakibatkan beberapa daerah banjir bandang, hal tersebut dikarenakannya tidak adanya rasa malu warga membuang samapah tidak pada temmpatnya,  dari berbagai kajian pokok masalah terletak pada kurangnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah di tempatnya. Bukan hal  aneh, masyarakat kita membuang sampah secara sembarangan. Masyarakat kita seolah tak punya rasa risih dengan membuang sampah secara sembarangan. Kemudian dengan beranggapan sepele, tidak menyadari dari smpah yang sedikit kemudian menumpuk yang selanjutnya mengakibatkan banjir bandang, kemudian menyalahkan pemerintah  dan menuntut pemerintah untuk menanggulanginya, namun apakah hal demikian pernah disadari bahwa ini merupakan efek dari hal kecil yang mereka sepelekan, hal ini membuktikan bahwa rasa malu secara pribadi sudah hilang dari diri kesadaran masyarakat.

Selanjutnya permasalahan yang juga dianggap sepele, namun mengakibatkan ribuan korban pertahunnya yaitu dalam berkendara, terkadang kelengkapan dalam surat menyurat, dan juga tata tertib lalu lintas masih sering banyak terlihat masyarakat sering tak menghiraukan hal tersebut, berkendara tanpa surat, surat kendaraan, menerobos rambu-rambu lalulintas dan terkadang berjalan melawan lajur kendaraan yang tidak diperbolehkan yang mengakibatkan kecelakaan dan kematian, hal ini kerap sekali dilakukan namun bukan menjadi perhatian yang penting bagi pangguna jalan raya, justru menganggap itu tindakan yang biasa biasa saja, tanpa disadari tindakan mereka mambahayakan pengendara lainnya dan juga dirinya sendiri, hal ini juga merupakan sebuah venomena dimana masyarakat yang melakukan hal tersebut kurang memiliki kesadaran, dan juga hilangnya rasa malu pada dirinya bahwa tindakan yang mereka lakukan akan mempermalukan dirinya sendiri. Selanjutnya masih dalam berkendara, seringkali kita melihat para pengguna kendaraan bermotor, roda dua ataupun roda empat kerap memakirkan kendaraannya di sembarang tempat, terkadang diarea larangan parker, terkadang di pinggir jalan raya, dan hal itu dilakukan tanpa menyadari akan bahaya yang menimpa orang lain. Kondisi seperti ini juga merupakan kurangnya kesadaran dalam diri pribadi untuk lebih melakukan sesuatu sesuai dengan aturan ataupun ketentuan yang telah ditetapkan dan dijalankan sebagaimana mestinya.

Beberapa permasalahan dan fenomena diatas merupakan salah satu kondisi dimana rasa malu sudah tidaklagi diperhitungkan oleh sebagian besar masyarakat, dan keadaan diatas terjadi dimana-mana hampir di semua wilayah di Indonesia ini, dengan melihat hal kecil yang terjadi kemudian berefek banyak hal berakibat pada suatu daerah justru ini menjadi satu pertimabanga bagi sebuah wilayah, begitu juga diindonesia ini, pemasalahn ini juga akan menjadi permasalahan yang juga tetap membutuhkan peranan, contoh dan juga penyadaran oleh para stoke holder  yang ada di setiap lingungannya. Artinya tindak tanduk masyarakat yang demikian juga menjadi tanggung jawab seorang pemimpin untuk menyadarkan dan melakukan contoh dalam mengubah budaya masyarakat, tentunya andilnya pemimpin dalam menanamkan rasa malau pada masyarakat yang dipimpinnya. Hal ini tidak luput dari penanaman rasa malu pada diri pribadi pemimpin sendiri terlebih dahulu, sebab pemimpinlah yang akan menjadi contoh dan panutan bagi para pengikutnya.

Rasa malu mesti dimiliki oleh semua pemimpin di negeri ini, karena seseorang yang bersemayam rasa malu pada dirinya, dia tidak akan pernah mau melakukan suatu perbuatan atau tindakan yang memalukan sehingga tindakan yang dilakukan juga akan menjadi contoh untuk pengikutnya. Jadi diperluak seorang pemimpin yang menegakkan budaya malu, malu untuk melakukan hal-hal yang jelas bernialai merugikan diri sendiri, dan juga masyarakat luas. Sehingga dalam hal ini sangat dibutuhkan sekali peranan pemimpin untuk mengubah paradigm budaya yang sudah tidak lagiu dienyahkan oleh masyarakat kebanyakan seperti budaya malu tersebut untuk menyadarkan kepada seluruh masyarakat akan pentingnya memperhatikan hal-hal terkecil yang juga akan berakibnat fatal bagi kehidupan sehari-hari. Masih banyak cara dan meteode ayang dilakukan pemimpin untuk merubah dan membangun pola piker ataupun kesadaran diri masyarakat. Sebab, seorang pemimpinlah yang akan menjadi tonggak dan tumpuan bagi masyarakat sehingga pemimpin akan lebih mudah menghimbau, meminta, dan menanamkan hal-hal yang berkenaan dengan kesadaran diri dalam kehidupan masyarakat, termasuk menanamkan dan melestarikan budaya malu tersebut.

Dengan demikian budaya malu merupakan satu kearifan timur yang harus dijaga kelestariannya pada jiwa pribadi masing masing pada ummnya, terkhusus pada seorang pemimpin untuk membudayakan hal tersebut kepada masyarakat, banjir, tanh lonsor, kecelakaan lalulintas, kemacetan jalan raya dan yang lainnya yang terjadi di beberapa daerah adalah buh dari hilangnya rasa malu dalam pribadi masyarakat, hal ini tentunya menjadi tanggung jawab seorang pemimpin atau stoke holder yang ada dalam lingkungan masyarakat untuk menamnamkan kesadaran diri dan melestarikan beudaya malu tersebut. Peranan pemimpin dalam suatu masyarakat merupakan sub pokok untuk merubah paradigm berfikir masyarakat, sehingga sikap pemimpin untuk merubah dan mengarahkan masyarakat dalam menanamkan budaya malu tesebut sangat dibutuhkan untuk menciptakan masyarakat yang harmonis, yang dinamis, aman, nyaman, dan tentram, bebas dari banjir, bau busuk sampah, dan kisruhnya lalu lintas. Venomena seperti ini merupakan satu venomena karena tertanamnya budaya malu dalam diri masyarakat dan lahirnya kesadaran dari pada masyarakat untuk menjaga diri dan lingkungan sekitarnya. Malu jika melanggar lalulintas, malu jika membuang sampah sembarangan, malu jika dirinya melakukan kesalahan dan malu jika dirinya tidak berbuat sedikitpun untuk Indonesia.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com