Indonesia Perlu Belajar dari China dalam Merespon Covid-19

Bagikan artikel ini

Epidemi ini bukan hanya krisis, tetapi juga ujian besar, dan perang. Saya berkata dari awal, kita harus berjuang; ini adalah perang rakyat. ” Xi Jinping, Sekretaris Jenderal, Partai Komunis China.

Indonesia yang saat ini masih berjibaku dengan penangan banjir, longsor di sejumlah wilayah termasuk dalam merespon pandemi Covid-19, dalam hal-hal tertentu, perlu belajar dari China. Pandemi Covid-19 telah mengubah tatanan global dan membentuk kembali keseimbangan kekuatan di panggung dunia. Pelajaran yang diambil dari krisis ini oleh banyak negara, termasuk Indonesia, berikut kekuatan militernya akan sangat berpengaruh pada kapasitas mereka untuk beradaptasi dengan kondisi yang tidak menentu seperti saat ini. Dengan demikian, setiap negara harus berupaya meningkatkan ketahanan mereka di masa depan. Apa yang bisa kita pelajari dari China adalah bahwa pascapandemi Covid-19, China telah mendeklarasikan keberhasilannya dalam meningkatkan pengaruh Beijing dan kepercayaannya pada keunggulan model Partai-negara, yang diklaim oleh para pemimpin Partai Komunis China (CCP) memiliki “keunggulan sistemik”. Namun pola dan strategi Indonesia dalam merespon Covid-19 harus tetap berpijak pada DNA dan “akal budi” khas bangsa Indonesia sendiri. China sadar betul apa yang harus ditempuh dengan mempertimbangkan dominasi kekuatan CCP yang turut andi mewarnai “rumah besar” China.

Pandangan Partai tentang keberhasilannya bisa sulit untuk dievaluasi secara kritis, mengingat supresi informasi dan propaganda yang massif dan ekstensif. Meski pandangan yang bertentangan dengan narasi resmi Beijing, termasuk yang berkaitan dengan penundaan awal dalam pengujian dan distorsi dalam data, namun masalah tertentu yang terpapar selama tahap awal pandemi telah mengungkap masalah sistemik yang belum terselesaikan. Dalam kapasitas demikian, pertanyaan apakah para pemimpin China akan belajar dari dan beradaptasi dalam merespon krisis masih harus dilihat.

Pandemi telah menjadi ujian berat bagi CCP; taruhannya ekstrem, bahkan eksistensial. Menurut perhitungan Partai, responnya tidak hanya berhasil tetapi juga lebih baik daripada respon Amerika Serikat, seperti yang sering diperdebatkan oleh media pemerintah RRC. Meskipun ada alasan untuk skeptisisme dan pengakuan atas keterbatasan informasi yang tersedia, tinjauan terhadap pandangan resmi tentang respon pandemi China dapat memberikan wawasan berharga tentang sistem keamanan nasional China dan kemampuan mobilisasi.

Hal yang bisa dipetik dari respon China adalah Indonesia perlu juga berbenah memobilisasi pertahanan nasionalnya, sebagaimana yang dilakukan oleh China, sejak pandemi ini muncul sekitar Maret tahun lalu. Penguatan pertahanan nasional ini penting bagi Indonesia guna merespon (potensi) krisis atau kemungkinan konflik. Lebih dari itu, semuanya dimaksudkan untuk dikoordinasikan dengan fungsi tanggap darurat. Maka, dalam menggelorakan “perang rakyat” melawan pandemi, para elit negeri ini harus berusaha untuk memastikan adanya koordinasi bersama dengan semua sumber daya dan kemampuan yang tersedia, termasuk pasukan militer, cadangan, dan milisi, serta ribuan bisnisnya. Hal ini pada akhirnya akan menjadi daya tawar sekaligus isyarat akan kemampuan dan kapasitas negara kita dalam skenario konflik dan perang di masa depan. Indonesia perlu juga menakar kekuatan dan kelemahannya, sembari melakukan pembaharuan yang bertujuan memfasilitasi transisi dari kesiapan masa damai untuk pijakan masa perang dalam skenario konflik di masa depan.

China juga menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 memampukan layanan medis untuk meningkatkan kesiapan militer dan kesiapan nasional. Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) adalah komponen penting dari respon pandemi di Wuhan dan sekitarnya, mulai dari dukungan logistik hingga penelitian medis. Kontribusi utama PLA telah dipuji sebagai contoh pentingnya “persatuan militer-sipil” di media pemerintah RRC. Pendekatan PLA dalam merespon COVID-19 memanfaatkan pengalaman pandemi sebelumnya, termasuk SARS pada 2003 dan Ebola pada 2014. Bersamaan dengan itu, PLA mengambil tindakan untuk membatasi penyebaran wabah di dalam jajarannya sendiri, yang bertujuan untuk menyeimbangkan pelatihan dan kesiapan dengan tindakan pencegahan dan pengendalian epidemi.

Setelah pandemi, yang tidak kalah penting bagi Indonesia adalah perlunya meningkatkan keamanan hayati sebagai prioritas keamanan nasional sebagaimana yang ditunjukkan oleh China. Dalam hal ini, para pemimpin China berupaya menerapkan reformasi sistem China untuk tanggap darurat dan mobilisasi pertahanan nasionalnya. Untuk PLA, biosekuriti dan penelitian medis kemungkinan besar akan menjadi prioritas ke depan. Namun, apakah negara-partai tersebut memiliki kapasitas untuk mengenali masalah sistemik dan menerapkan reformasi berdasarkan pelajaran yang dipetik dari pandemi COVID-19 masih harus dilihat. Untuk itulah, ke depan, Indonesia barus berani memastikan bangunan sistem yang kokoh dan sembari mengupayakan peluang mobilisasi pertahanan nasionalnya bersama seganap anak bangsa secara berkelanjutan. Mengingat hal ini akan menjadi indikator penting untuk memperkuat kapasitasnya dalam memanfaatkan sumber daya nasional, entah itu dalam skenario krisis atau konflik di masa depan.

Sudarto Murtaufiq, peneliti senior Global Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com