Antara Penjajahan Purba dan Penjajahan Gaya Baru

Bagikan artikel ini
Cerpen Kecil Geopolitik
Mengawali cerita pendek (cerpen) geopolitik ini, pertanyaan yang menggelitik adalah, “Apa perbedaan yang mencolok antara penjajahan klasik (purba) dengan kolonialisme (penjajahan) gaya baru?”
Kolonialisme klasik alias penjajahan purba adalah model penjajahan dengan cara merampas dan/atau menguasai tanah bangsa lain (target) secara paksa serta kerap dilakukan melalui kekuatan bersenjata (militer) sebagai modus utama, kendati tidak menutup kemungkinan ada modus-modus (nirmiliter) lainnya;
Sedangkan penjajahan gaya baru justru sebaliknya, bangsa target (yang dijajah) secara sukarela menyerahkan tanahnya —tanpa letusan peluru— selama puluhan tahun bahkan hingga ratusan tahun atas nama investasi. Dan kerap kali, bangsa yang dijajah malah ‘jatuh cinta’ kepada si penjajah. Nah, untuk frasa ‘jatuh cinta’ nanti diulas dalam paragraf tersendiri.
Wajah penjajahan di Indonesia tempo doeloe sering dijuluki dengan istilah ‘Kompeni’ Belanda alias Londo, sementara pola penjajahan gaya baru disebut ‘Company’. Sama makna namun beda frasa. Entah company (perusahaan)-nya Londo ataupun Londo Ireng. Sama saja. Londo disini, maksudnya adalah kepentingan swasta dan/atau kepentingan negara asing.
Tampaknya, narasi singkat soal kolonialisme di atas, mirip perbandingan antara komunis dan kapitalis. Keduanya serupa tapi tak sama. Beragam rupa tetaplah sama. Bahwa antara penjajahan klasik dan kolonialisme gaya baru pun serupa namun berbeda alias tidak sama.
Lantas, apa kesamaan-mana perbedaan baik komunis dan kapitalis maupun antara penjajahan purba dengan kolonialisme gaya baru? Lewat cerpen geopolitik ini, penulis mencoba mengurai garis besarnya saja.
Tak boleh dipungkiri, bahwa Kesamaan komunis dan kapitalis itu ada pada metode (atau modus)-nya, yaitu:
Pertama, mencari bahan (baku) semurah-murahnya serta menciptakan pasar seluas-luasnya;
Kedua, memonopoli barang dan jasa terutama hal-hal terkait hajat hidup orang banyak. Itu kesamaan metodenya.
Sementara perbedaan keduanya ada di manajemen. Jika kapitalis dikontrol oleh segelintir elit partikelir atau swasta, sementara komunis dikendalikan segelintir orang namun berbaju elit (politik) negara, atau istilahnya ‘kapitalis plat merah’. Hal lain, masih dalam konteks manajemen, bila monopoli kapitalis ialah akumulasi modal atau kapital, sementara monopoli komunis cenderung menguasai (kekuatan) massa atau rakyat.
Ketika terdapat entitas, organisme, dan lain-lain, atau katakanlah China sebagai realitas contoh di panggung geopolitik global abad 21 ini, sebab ia mampu mensinergikan komunisme dan kapitalisme hidup berdampingan dalam (sistem) negara —one country and two system— dan hasilnya sungguh dahsyat. Modal tercaplok alias terakumulasi, dan kekuatan rakyat pun dalam genggaman.
Sekarang mengulas kolonialisme klasik dan penjajahan gaya baru, baik kesamaan maupun perbedaannya. Tak boleh disangkal, bahwa tujuan kedua kolonialisme (purba dan gaya baru) itu sama, yakni menguasai tanah sebagai target. Kendati ada sedikit embel-embel bahwa kolonialisme gaya baru itu merampas kehidupan, bukan sekedar menguasai tanah belaka. Artinya, penguasaan atas tanah pada penjajahan gaya baru cuma titik awal penjajahan.
Sementara perbedaan keduanya pada metode dan praktik operasional. Jika penjajahan klasik menggunakan kekuatan senjata, sedang penjajahan gaya baru bermodus investasi alias berwajah ekonomi. Ini keniscayaan peradaban. Sebab, wajah militer dalam kolonialisme sudah dianggap masa lalu.
End
M Arief Pranoto, Pengkaji Geopolitik Global Future Institute (GFI)
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com