AS Berkepentingan Dengan Memburuknya Hubungan Kanada-India

Bagikan artikel ini

Kalah bersaing secara soft power terhadap Cina dan Rusia dalam menjalin persekutuan strategis dengan India, Amerika Serikat berupaya melakukan manuver lain untuk melemahkan soliditas persekutuan Cina-Rusia-India. Caranya, dengan mendorong ketegangan hubungan diplomatik antara Kanada, sekutu strategis AS, dengan India. Pemicunya adalah dengan tewasnya seorang pemimpin separatis Sikh, Hardeep Singh Nijjar, di depan sebuah kuil di Surrey, dekat Vancouver.

Dari kejadian tersebut saja sudah terlihat adanya dua perspektif yang berbeda antara India dan Kanada. Bagi India, aksi-aksi separatis Sikh ala Hardeep Singh ini diklasifikasi sebagai aksi terorisme yang layak untuk dibasmi sampai ke akar-akarnya.

Adapun bagi Kanada, malah menjadi “rumah perlindungan” bagi populasi Sinkh terbesar di luar India. Menurut statistik Kanada setidaknya ada sekitar 1,35 juta orang India mukim di Kanada.

Maka ketika Hardeep Singh Nijar, India beranggapan hal itu merupakan konsekwensi logis dari keterlibatanya dalam kelompok militan terlarang yang menggunakan aksi terorisme sebagai modus operandi.

Sayangnya Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau memandang kasus Hardeep Singh Nijjar sebagai isu hak-hak asasi manusia sebagaimana nilai-nilai yang dianut Kanada maupun bangsa Barat pada umumnya. Maka ketegangan diplomatik India-Kanada pun tak terhindarkan.

Sekadar bandingan baca:

The roots of the India–Canada stoush

Masalah jadi semakin krusial ketika Justin Trudeau menjalin koordinasi dengan Presiden  AS Joe Biden terkait investigasi dan temuan terkait kematian Hardeep Singh Nijar. Hal itu semakin mengobarkan kemarahan India yang hal itu berarti AS secara aktif dan intens ikut campur mengarahkan hasil penyelidikan dan temuan terkait kematian Nijar.

Lebih runyam lagi ketika hasil-hasil investigasi maupun temuan-temuan terkait pembunuhan Nijar merujuk pada sumber-sumber dari jaringan intelijen negara-negara sekutu Kanada yang tergabung dalam Five Eyes. Seperti AS, Australia, Inggris, Selandia Baru dan tentu saja Kanada. Jelas sekali sulit dinilai sebagai sebuah temuah investigasi dan penyelidikan yang bersifat netral. Sudah pasti berat sebelah merugikan citra pemerintah India.

Washington nampaknya memandang kasus Hardeep Singh Nijar sebagai “celah” untuk memperburuk hubungan Kanada dan India yang sebelum terjadinya pembunuhan Nijar, bisa dikatakan cukup baik. Hubungan bilateral India-Kanada di bidang perdagangan berhasil mencapai 12 miliar dolar Kanada pada 2023. Berarti meningkat 57 persen dibanding tahun sebelumnya.

Namun AS sangat berkepentingan untuk mengobarkan ketegangan yang semakin meningkat antara Kanada-India, karena belakangan ini India menjalin aliansi strategis yang semakin erat dengan Cina dan Rusia seperti dalam blok kerjasama ekonomi-perdagangan BRICS(Brazil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan), Shanghai Cooperation Organization (SCO) yang dimotori oleh Rusia-Cina sejak Juni 2001.

FOTO: Perdana Menteri India Narendra Modi, kanan, berjabat tangan dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menjelang KTT Pemimpin G20, 9 September 2023, di New Delhi.

Selain itu di berbagai forum internasional seperti G-20 atau dalam menyikapi isu konflik Rusia-Ukraina, India mengambil sikap yang independent dari sikap yang diambil AS maupun negara-negara sekutu strategisnya di NATO seperti Inggris, Prancis dan Jerman.

Maka itu masuk akal jika AS kemudian mendorong Perdanan Menteri Kanada Justin Trudeau untuk menyerang Perdana Menteri India Narendra Modi menyusul terbunuhnya Hardeep Singh Nijjar.

Hendrajit, Pengkaji Geopolitik, Global Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com