Kapal induk Nimitz dan kelompok penyerangnya telah kembali ke wilayah Teluk Persia di tengah meningkatnya ketegangan dengan Iran atas pembunuhan seorang ilmuwan nuklir papan atas, demikian laporan Pentagon dan Armada ke-5 AS, belum lama ini, sebagaimana dilansir military.com.
Departemen Pertahanan dan juru bicara Armada ke-5, yang berbasis di Bahrain, mengatakan kembalinya Nimitz adalah untuk memberikan keamanan bagi penarikan pasukan AS dari Afghanistan dan Irak.
Kehadiran kapal induk itu diumumkan segera setelah Iran menyatakan akan membalas aksi penyergapan di timur Teheran hari Jumat yang menewaskan ilmuwan nuklir Mohsen Fakhrizadeh.
Pengerahan Nimitz, demikian kata pejabat Pentagon, memastikan adanya kesiapan dan kemampuan yang cukup untuk merespon setiap ancaman dan mencegah musuh bertindak melawan pasukan AS “selama pengurangan kekuatan di Afghanistan dan Irak”.
“Tidak ada ancaman khusus yang memicu kembalinya Nimitz Carrier Strike Group,” terang Cmdr. Rebecca Rebarich, juru bicara Armada ke-5.
Nimitz dan kelompok penyerangnya tiba di wilayah itu pada Juli. Sebelumnya pada bulan November, kapal induk AS itu meninggalkan daerah Teluk untuk latihan angkatan laut dengan India, Australia dan Jepang.
Dalam pesan hari Sabtu, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khameini menyebut Fakhrizadeh sebagai martir dan memerintahkan “hukuman pasti bagi mereka yang melakukan dan memerintahkannya,” kantor berita Iran Fars melaporkan.
Tanpa menyebutkan siapa yang bertanggung jawab, Mayor Jenderal Hossein Salami, komandan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC), mengatakan akan membalas dan menghukum mereka yang dinilai bertanggung jawab dalam pembunuhan ilmuan nuklir Iran tersebut, demikian Fars melaporkan.
Sementara pejabat Iran lainnya menyalahkan Israel dan agen mata-mata Mossad atas serangan tersebut.
Dalam pertemuan Kabinet hari Sabtu, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan negaranya akan “merespon pembunuhan Martir Fakhrizadeh pada waktu yang tepat,” lapor kantor berita Tasnim Iran.