Awal bulan ini, Angkatan Laut AS mengirim USS Nimitz Carrier Strike Group (CSG 11) ke Teluk Persia sebagai unjuk solidaritas dengan sekutu dan mitra di kawasan, kebebasan navigasi, termasuk kesiapan untuk melancarkab perang, jika yang terakhir ini sudah tak terelakkan. Seperti dilaporkan The National Interest, USS Nimitz (CVN 68) melewati Selat Hormuz dengan kapal penjelajah berpeluru kendali USS Princeton (CG-59) dan USS Philippine Sea (CG-58) dan kapal perusak berpeluru kendali USS Sterett (DDG-104).
Sekelias mengenai Selat Hormuz. Selat ini salah satu jalur minyak terpenting di dunia, yang membentuk titik penghubung antara Teluk Arab dan Teluk Oman. Selat 39 km adalah satu-satunya rute menuju laut terbuka untuk lebih dari seperenam produksi minyak global dan sepertiga dari gas alam cair (LNG) dunia.
Selat Hormuz terletak di antara Oman dan Iran, menghubungkan jalur laut dari negara-negara di Teluk (Irak, Kuwait, Arab Saudi, Bahrain, Qatar dan Uni Emirat Arab) dengan Laut Arab dan sekitarnya. Meski titik tersempit di selat itu hanya selebar 33 km, namun jalur pelayaran di kedua arah hanya selebar 3 km.
Melalui Selat Hormuz, ada sekitar seperenam minyak dunia bergerak melintasinya – 17,2 juta barel per hari. Ini termasuk sebagian besar minyak dari anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) Arab Saudi, Iran, UEA dan Kuwait. Qatar, pengekspor LNG terbesar di dunia, juga mengirimkan sebagian besar LNG-nya melalui selat tersebut.
Signifikansi geopolitik Selat Hormuz terus menyulut ketegangan internasional antara Teheran dan Barat, dan terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Dalam eskalasi terbaru pada 19 Juli lalu, otoritas Iran menyita kapal tanker minyak Stena Impero berbendera Inggris, mengklaim bahwa itu “melanggar aturan maritim internasional.”
Sebegitu pentingnya Selat Hormuz Bagi Iran yang sempat disebut Mantan Perdana Menteri Iran Hoveida sebagai “urat leher kami,” maka tidak mengherankan jika USS Nimitz yang melewati Selat tersebut memberikan ancaman bagi kepentingan nasional Iran. Terlebih USS Nimitz tersebut berserta dengan kapal penjelajah berpeluru kendali USS Princeton (CG-59) dan USS Philippine Sea (CG-58) dan kapal perusak berpeluru kendali USS Sterett (DDG-104) yang sewaktu-waktu siap untuk “diperagakan.”
“[Carrier Strike Group] akan beroperasi dan berlatih bersama mitra kawasan dan koalisi, dan memberikan dukungan penerbangan angkatan laut untuk Operation Inherent Resolve,” menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Armada ke-5 AS.
Itu memang momen “gambar yang sempurna”, tapi kali ini gambar-gambar itu dilaporkan diambil bukan oleh Angkatan Laut AS melainkan oleh Pasukan Pengawal Revolusi Republik Islam Iran, yang menggunakan drone untuk memotret CSG saat transit di Selat Hormuz.
Gambar-gambar kapal induk tersebut kemudian diterbitkan oleh kantor berita semi-resmi Tasnim Iran, yang memiliki hubungan dengan Garda Revolusi paramiliter. Dalam foto tersebut, pesawat tempur terlihat diparkir di dek kapal induk.
Ini bukan pertama kalinya foto kapal perang Angkatan Laut AS diambil oleh Garda Revolusi dan dipublikasikan di media Iran. Gambar serupa dilaporkan diambil tahun lalu oleh drone penjaga yang terbang di atas USS Dwight D. Eisenhower (CVN 69) serta kapal perang Amerika lainnya.
Laporan terkait drone Iran yang berhasil mengambil gambar CSG saat transit di Selat Hormuz itu selain bisa sebagai alat propaganda Iran juga bisa dikembangkan sebagai senjata, atau setidaknya alat bantu untuk meluncurkan senjata. Potensi akan kemampuan drone untuk dikembangkan menjadi senjata sudah dipertimbangkan oleh otoritas angkata laut di banyak negara selama beberapa tahun terakhir.
Awal tahun ini dilaporkan bahwa Angkatan Laut AS juga membangun ruang kendali komando baru “markas besar drone” di kapal induknya untuk mengoperasikan drone yang diluncurkan di dek. Ini adalah bagian dari strategi yang bertujuan untuk secara besar-besaran meningkatkan cakupan misi drone peluncuran kapal induk di tahun-tahun mendatang. Drone dari kapal induk dapat mewakili lompatan teknis yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk Angkatan Laut karena berusaha memperluas pengawasan dan jangkauan tempur serta cakupan misi untuk Carrier Air Wings-nya.
Propaganda Iran
Mungkin Iran juga dapat menggunakan gambar yang diambil dari USS Nimitz untuk membuat versi tiruan yang lebih baik dari kapal induk untuk Angkatan Laut Korps Garda Revolusi (IRG-N) untuk digunakan sebagai target. Sementara Iran telah membangun kapal induk Amerika yang disimulasikan pada tongkang target, itu jauh dari akurat. Sekarang, setidaknya IRG-N harus memiliki beberapa foto yang lebih baik untuk digunakan saat membuat target berikutnya — tetapi apakah itu membantu mereka berhasil menenggelamkannya, hal ini akan tetap menjadi pertanyaan terbuka.
Nimitz adalah kapal induk pertama yang beroperasi di Teluk Persia sejak USS Abraham Lincoln (CVN 72) dikerahkan ke wilayah tersebut pada bulan November, dan kapal utama terakhir yang berlayar di Teluk Persia adalah USS Bataan (LHD 5) pada bulan April.
Sudarto Murtaufiq, peneliti senior Global Future Institue (GFI)