History Repeats Itself

Bagikan artikel ini
Cerpen (Geo) Politik Menuju Indonesia Emas
Hari ini, kecenderungan dinamika politik di republik tercinta ini seperti padanan kisah dalam Surat Yusuf di Al Qur’an, dimana inti narasinya, pihak (oposisi) yang selama ini berhadapan dengan rezim —Yusuf dipenjara akibat isu (fitnah) selingkuh dengan istri raja— akhirnya justru dirangkul oleh raja alias rezim penguasa karena keahliannya (“jadikan aku bendaharawan negara”). Dan gilirannya, sinergi tersebut mampu menyelamatkan negara dari bencana ekonomi sekian dekade (tujuh sapi kurus memakan tujuh sapi gemuk). (baca: Belajar Ketahanan Pangan dari Kisah Nabi Yusuf AS)
Ya. Sejarah berulang dengan pola sama, hanya aktor, waktu dan kemasan berbeda. Pantas saja muncul ramalan atau prakiran keadaan bahwa Indonesia ke depan bakal muncul pergeseran lanskap politik serta perubahan konstitusi secara signifikan. Entah bagaimana ujudnya, minoritas publik masih menduga-duga.
“Siapa oposisi yang berhadapan dengan rezim namun kini merapat ke lingkaran istana dan/atau bakal menjadi RI-1?”
Ada dua narasi berkelindan di langit kajian (geo) politik perihal siapa sosok dimaksud, antara lain ialah:
Pertama adalah PS. Ini yang tengah berlangsung. Selaku pihak yang dua kali kalah dalam pilpres 2014 dan 2019, akhirnya ia diajak berlabuh di lingkar kekuasaan menjadi Menteri Pertahanan. Dan hari ini, PS mulai digadang-gadang kembali sebagai calon presiden (capres) 2024 oleh Partai Gerindra dan koalisinya;
Kedua, adalah AB. Usai menyerahkan jabatan Gubernur DKI ke Pj Gubernur, ia langsung dideklarasi menjadi capres 2024 oleh NasDem. Publik memahami, bahwa NasDem adalah partai dalam lingkaran istana. Dan langkah kontroversi NasDem, selain menimbulkan gejolak di internal lalu ada beberapa kadernya undur diri akibat keputusan SP, juga memunculkan kalimat tanya di publik, apakah NasDem serius mencapreskan AB, atau nanti akan di-prank pada saatnya seperti halnya MMD yang terpilih menjadi Wapres Jokowi —konon sudah ukur baju— namun batal pada menit-menit terakhir;
Dulu, masuknya PS ke Kabinet Kerja Jokowi-Ma’ruf menimbulkan gejolak politik terutama bagi dua entitas yang selama ini bertikai (Cebong dan Kadrun). Banyak yang setuju, namun tidak sedikit menolaknya. Tetapi, sinergi toch jalan terus hingga kini meskipun di akar rumput ‘marah’ kepada PS khususnya kelompok Kadrun. Politik praktis memang bukan yang tersurat melainkan apa yang tersirat. Jejak rajawali terkadang sulit dilihat dan tapaknya susah dilacak (burung pipit) pengikutnya.
Cerita pendek (cerpen) ini bukanlah kebenaran ataupun pembenaran. Sama sekali tidak. Cuma sekedar pengayaan wawasan kepada publik soal dinamika politik di Tanah Air hari ini. Dan tidak ada maksud menggurui siapapun terutama para pakar serta pihak yang berkompeten. Hanya sharing wawasan. Tak tebih.
Dan semoga, analogi kisah Nabi Yusuf pada perpolitikan kita mampu membangkitkan serta menggairahkan nasionalisme dan gurihnya cinta tanah air dalam rangka menuju Indonesia Emas.
End
M Arief Pranoto, Pengkaji Geopolitik, Global Future Institute (GFI)
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com