Terbongkarnya Laboratorium Biologis-Militer di Ukraina: Indonesia dan ASEAN Harus Waspadai Beroperasinya Kembali NAMRU-2 AS Gaya Baru
Pada 23 April 2022 lalu, kedutaan besar AS di Ukraina mengakui bahwa terdapat beberapa laboratorium biologis di Ukraina yang berada dalam kendali kontrol Pentagon (kementerian pertahanan AS). Pernyataan para diplomat AS tersebut berasal dari surat terbuka para anggota dewan perwakilan rakyat ihwal ancaman yang berasal dari pusat-pusat penelitian yang berada di Ukraina.
Namun seturut dengan pengakuan itu, pihak AS membantah adanya ancaman yang berasal dari pusat-pusat riset yang berasal dari laboratorium-laboratorium biologis tersebut, dengan alasan bahwa aktivitas-aktivitas di laboratorium biologis tersebut semata-mata merupakan aktivitas ilmiah yang ditujukan untuk maksud-maksud damai atas dasar kerjasama antara AS dan Ukraina. Tapi anehnya, pemerintah AS malah menuduh pihak Rusia telah melancarkan aksi dis-informasi. Bukannya merespons temuan dan keterangan dua anggota parlemen oposisi Ukraina, Viktor Medvedchuk dan Renat Kuzmin.
Pada 14 April 2022, salah seorang perwakilan dari Opposition Platform-For Life, yaitu Viktor Medvedchuk and Renat Kuzmin, menulis permintaan khusus kepada Presiden Ukraina Zelensky dan Perdana Menteri Shrmygal, untuk memberi keterangan secara rinci berdasarkan liputan berita dari beberapa media yang dilansir di Serbia dan Bulgaria, yang melaporkan bahwa AS mempunyai 400 laboratorium bakteriologi(backteriological laboratories) di pelbagai belahan dunia, dan setidaknya ada 15 laboratorium jenis serupa di Ukraina.
Semua laboratorium yang tersebut di atas secara ekslusif dibiayai oleh kementerian pertahanan AS atau Pentagon. Beberapa laboratorium biologis yang ada di Ukraina itu terdapat di Odessa, Vinnytsia, Uzhgorod, Lvov, Kiev, Kherson, Ternopol, yang berdekatan dengan Semenanjung Crimea dan Lugansk.
Menurut keterangan para anggota dewan perwakilan rakyat Ukraina tersebut, laboratorium-laboratorium biologis tersebut mulai beroperasi sejak masa pemerintahan Viktor Yushenko dan Perdana Menteri Yuliya Tymoshenko, pada Agustus 2005.
Saat itu perjanjian kerjasama AS-Ukraina tersebut ditandatangani antara Kementerian Pertahanan AS dengan Kementerian Kesehatan Ukraina yang ditujukan untuk Pencegahan Meluasnya Teknologi (pertumbuhan tissue melalui penyebaran sel), pathogen dan pendayagunaan para pakar untuk pengembangan senjata-senjata biologis.
Menurut keterangan anggota parlemen oposisi dari Ukraina, Medvedchuk dan Kuzmin, seluruh aktivitas yang berada dalam laboratorium-laboratorium biologis tersebut, dilaksanakan di bawah program eksperimen biologis dengan dana sebesar 2,1 miliar dolar AS dan didanai oleh the US Defense Threat Reduction Agency.
Adapun yang Namanya The Scientific And
Technical Center in Ukraina, merupakan sebuah organisasi internasional yang didanai otoritas AS, para stafnya memiliki kekebalan diplomatic. Dan terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang dilakukan laboraotorium-laboratorium biologis di Ukraina tersebut. Terutama dalam ikut mendanai beberapa proyek kegiatan pembuatan senjata-senjata biologis.
Seturut dengan mulainya aktivitas-aktivitas di laboratorium biologis tersebut, maka wabah penyakit akibat infeksi virus itupun kemudian menyebar.
Di Ternopol, misalnya, pada 2009 terdapat virus yang mengakibatkan wabah penyakit yang disebut hemorrhagic pneumonia. 450 warga Ukraina menjadi korban. Pada 2011 muncul wabah kolera, 33 orang tewas. Tiga tahun kemudian, jumlah korban wabah kolera meningkat mencapai 800 orang.
Bandingkan dengan:
Wabah Covid-19 Bisa Direkayasa Melalui Laboratorium Bertujuan Ganda ala NAMRU-2 AS
Pada Januari 2016, 20 personil tantara tewas akibat penyakit influenza yang akibat terinsfeksi virus di Kharkov. Dan sekitar 200, warga negara lainnya berada dalam perawatan rumah sakit. Dua bulan sejak tanggal tersebut tercatat ada 364 orang yang meninggal dunia akibat terkena flu Babi.
Wabah penyakit Hepatitis A juga melanda di Nikolaev pada 2017. Pada tahun yang sama wabah serupa melanda di kota Zaporozhye, Odessa dan Kharkov.
Menariknya, pada 2013 ketika Presiden Viktor Yanukovich berkuasa, telah menghentikan kerjasama dengan Kementerian Pertahanan AS(Pentagon), namun pada 2014 saat Presiden Petro Poroshenko berkuasa, telah melanjutkan kembali kerjasama dengan Pentagon.
Maka besar kemungkinan Yanukovich digulingkan pada 2014 berkat peran aktif pemerintah AS karena menolak bekerjasma dengan Pentagon. Demikian keterangan beberapa anggota dewan perwakilan rakyat Ukraina dari partai oposisi. Kesimpulan yang bisa ditarik adalah, aktivitas rahasia lewat laboratorium-laboratorium biologis tersebut bertujuan melakukan uji coba virus dan bakteri pada tubuh manusia, yang mana warga Ukraina menjadi sasaran “kelinci percobaan.” Dan pemerintahan Viktor Yanukovich mengetahui adanya aktivitas rahasia tersebut.
Demikian hasil temuan yang disampaikan Medvedchuk dan Kuzmin sebagaimana disampaikan kepada pers. Bagi kedua wakil rakyat Ukraina tersebut, isu ihwal keberadaan beberapa laboratorium biologis di Ukraina bukanlah hal baru, karena kedua anggota dewan perwakilan rakyat dari partai oposisi tersebut sudah memperakarsai penyelidikan dan investigasi topik itu sejak beberapa tahun lalu.
Menurut Renat Kuzmin dalam tulisannya di facebook pada 2018 lalu, pada 1972 di Geneva Convention telah melarang kegiatan memproduksi senjata-senjata biologis, dan untuk alasan tersebut, AS tidak memproduksi senjata biologis di negaranya sendiri. Lantas mengalihkan kegiatan produksi senjata biologisnya di dua negara pecahan Uni Soviet, Ukraina dan Georgia. Di tempat mana kedua negara tersebut virus-virus mematikan dapat dibuat dan diadakan tes uji coba pada tubuh warga masyarakat local di kedua negara.
Baca juga:
Menyingkap Misi Terselubung NAMRU-2 AS Dari Sudut Pandang Siti Fadilah Supari
Kesaksian mantan Menteri keamanan negara Ukraina, Igor Giorgadze pada 2018, mengatakan bahwa laboratorium biologis AS yang berada di Tblisi, Georgia, telah melakukan tes uji coba obat yang dibuat oleh sebuah perusahaan farmasi Gilead Sciences terhadap warga Georgia. Akibantya, 73 orang dikabarkan tewas.
Maka di kedua negara itulah, Pentagon membangun laboratorium-laboratorium biologis dengan nama-nama yang tersamar seperti Sanitary Epidemioligical Station.
Berdasarkan serangkaian fakta-fakta tersebut menyusul aksi militer terbatas Rusia ke Ukraina, kiranya Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya cukup punya alasan kuat untuk menghentikan aktivitas-aktivitas rahasianya lewat laboratorium biologis berkedok pusat penelitian penyakit-penyakit endemik dan pandemi seperti NAMRU-2 AS yang pernah beroperasi di Indonesia selama 30 tahun lebih.
Indonesia dan ASEAN juga harus segera mendesak pemerintah AS untuk memberikan keterangan-keterangan secara rinci apakah aktivitas-aktivitas serupa seperti halnya dilakukan di Ukraina dan Georgia, juga masih beroperasi di Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya. Meskipun tidak lagi menggunakan nama NAMRU-2 AS.
Sebab dalam kasus NAMRU-2 AS di Indonesia, memiliki kesamaan modus operandi seperti laboboratorium-laboratorium biologis yang beroperasi di Ukraina dan Georgia. Kalai di Ukraina dan Georgia berdasarkan skema kerjamasa Pentagon dan Kementerian Kesehatan, di Indonesia NAMRU-2 AS dilakukan atas dasar skema kerjasama antara Angkatan Laut AS dengan Kementerian Kesehatan RI sejak 1974.
Baca juga:
Waspadai AFRIMS, NAMRU-2 AS Gaya Baru di Asia Tenggara
Di NAMRU-2 AS seperti akhirnya terbongkar semasa kepemimpinan Menteri Kesehatan Siti Fadila Supari pada 2008 lalu, terungkap bahwa sejak awal aktivitasnya, NAMRU-2 AS merupakan sarang intelijen terselubung Angkatan Laut AS untuk mengirim virus H5N1 dari Indonesia ke luar Indonesia, tanpa melalui imigrasi.
Baca juga:
Proyek NAMRU-2 AS Jangan Sampai Terulang Kembali di Indonesia (Bagian I)
seperti dalam kasus laboratorium biologis di Ukraina, karena para staf laboratorium yang berasal dari AS, mendapat status kekebalan diplomatik/diplomatic impunity. Sehingga virus H5NI bisa keluar dari Indonesia lewat tas diplomatik.
Menyusul terbongkarnya aktivitas beberapa laboratoriuum biologis di Ukraina, Indonesia dan ASEAN sangat beralasan kuat untuk semakin meningkatkan kewaspadaannya. Seraya mendesak pihak berwenang AS untuk memberikan keterangan yang sebenar-benarnya dan sejujur-jujurnya.
Hendrajit, Pengkaji Geopolitik, Global Future Institute (GFI)