Lord Malloch Brown, Jejak Keterlibatan Soros Dalam Rekayasa Perhitungan Suara Pemilu?

Bagikan artikel ini

Sumber Berita: Artikel dari Matthew J.L Ehret yang bertajuk: 

Lord Malloch Brown Revealed: The British Hand Behind the Coup Shows Its Scales Again

Di tengah kecurigaan terhadap hasil perhitungan suara pemilu presiden AS yang merugikan Presiden petahana Donald J Trump, mencuat dua aktor kunci. Agen intelijen Inggris Lord Mark Malloch Brown, dan sebuah perusahaan computer Kanada Smartmati yang disinyalir terlibat dalam rekayasa sistem perhitungan suara/Dominion Voting Sytem. Dan perusahaan ini punya tautan erat dengan the Clinton Foundation, Soros” Open Society, dan kepala staf dari Ketua DPR AS Nancy Pelosi.

Lantas, dimana peran sentral dari Lord Mark Malloch Brown? Lord Malloch pernah jadi wakil direktur George Soros’ Investment Fund (2007),  Soros” Open Society Institute, Wakil Presiden Bank Dunia (1995-1999), menteri negara Inggris untuk kawasan Afrika, Asia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa(2007-2009).

Fokus cerita sebaiknya kita fokuskan pada Lord Malloch Brown. Dalam artikel yang ditulis Matthew Ehret tersebut di atas, Lord  Malloch Brown yang punya afiliasi erat dengan George Soros, ternyata punya peran penting dalam aksi-aksi pendongkelan beberapa presiden di Eropa Timur yang kita kenal dengan Revolusi Orange/Orange Revolution seperti di Georgia, Ukraina dan Serbia.

Bahkan Lord Malloch juga pernah memainkan peran sebagai agen pengendali dan pengatur remote terhadap Presiden Qorazon Aquino, Presiden Georgia George    Saakashvili, dan bahkan Barrack Obama. Melalui sarana dan modus operandis seperti apa Lord Malloch memainkan peran mengendalikan arah kebijakan para teknokrat yang berada di bawah pemerintahan boneka AS tersebut?

Pada 1985, Malloch Brown bekerja pada sebuah perusahaan konsultan, Sawyer Miller. Nah pada saat inilah Malloch Brown ditugaskan oleh Inggris untuk menjadi penasehat dan penulis pidato Presiden Cory Aquino yang baru saja berhasil menggulingkan Presiden Ferdinand Marcos pada 1986. Saat Malloch merapat Cory, isteri mendiang Benigno Aquino itu masih merupakan pemimpin koalisi oposisi. Waktu itu, Malloch Brown berada dalam arahan George Shultz, menteri luar negeri AS di era Presiden Ronald Reagan.

Pada 1985-1986, AS dan para kapitalis global memandang Marcos tidak bisa diatur oleh skema IMF dan Bank Dunia sehingga berhasil mempertahankan kedaulatan ekononomi Filipina sejak 1965. Sehingga dipandang melawan kepentingan sistem keuangan internasional yang dikuasai Bank Dunia dan IMF.

Maka dengan menerapkan seni membentuk dan mengelola persepsi publik, Malloch Brown ditugasi untuk strategi kampanye Cory Aquino yang kemudian mengangkat tema The People Power Revolution. Menyadari bahwa dalam perhitungan suara, Presiden Marcos masih unggul atas Qory Aquino, Malloch Brown mengaku telah menyusun draf pidato kemenangan Qory sebelum pemilu berlangsung. Dan mengatur agar Qory mengumandangkan pidatonya sebelum total perhitungan suara terakhir diumumkan.

Menurut pengakuan Malloch Brown, salah satu keberhasilannya adalah mengatur hasil exit poll yang mengindikasikan kemenangan Qory Aquino. Akibatnya, sejak itu persepsi publik berhasil terbentuk bahwa Presiden Marcos kalah suara terhadap Aquino.

Namun seperti ditulis oleh Matthew Ehret, yang luput dari penyingkapan Malloch, ada dua perusahaan survei yang ikut juga memanipula hasil suara di beberapa tempat pemungutan suara. Yaitu Social Weather Station dan Pulse Asia. Sayangnya, tulis Matthew Ehret lebih lanjut, kedua perusahaan polling itu sampai hari ini terbebas dari tanggungjawab dalam ikut memanipulasi hasil pemilu yang mencitrakan kemenangan Qory Aquino. Termasuk keterlibannya dalam ikut dalam aksi menggulingkan Marcos.

Sejak sukses melengserkan Marcos dan memunculkan Aquino, Malloch banyak bekerjasama dengan Soros dalam beberapa proyek yang secara radikal mengubah konstelasi dunia internasional dalam masa transisi dari polarisasi dua kutub pada saat Perang Dingin menuju Pengkutuban Tunggal atau Unipolar.

Pada 1993-1994, Malloch bersama Soros kerap melakukan aksi destabilisasi di sektor keuangan termasuk menyerang mata uang Inggris Pound Sterling, sehingga maraup keuntungan satu miliar dolar AS bagi para speculator Hongaria. Pada 1994. Soros menggelontorkan dana sebesar 50 juta dolar AS untuk program menegakkan sistem demokrasi di Macedonia dan Bosnia, dua negara yang di era Josep Broz Tito masih bersatu di bawah Republik Yugoslavia.

Dengan begitu, Mallcoh kemudian berkolaborasi dengan Soros dalam melancarkan Operasi Balkanisasi Yugoslavia, dengan membantu Bosnia memisahkan diri dari Yugoslavia. Saat itu Malloch bergabung dalam the Soros Advisory Committee on Bosnia.

Adalah juga Malloch yang pada 1998 bersama Soros membentuk International Criminal Court (ICC) yang mana sebelumnya pada 1994 keduanya juga membentuk International Crisis Group (ICG). Adapun tujuan kedua lembaga itu adalah untuk membangun pesepsi internasional apa yang penyebab krisis dan bagaimanan  solusinya, entah itu memang nyata atau rekayasa, dan melakukan advokasi untuk solusi-solusi yang arahnya adalah melemahkan kekuatan militer dan peradilan negara bangsa.

Adapun jejak keterkaitan Malloch dengan Joe Biden, presiden terpilih AS periode 2020-2024, adalah Jake Sullivan, penasehat Joe Biden. Bersama Larry Summers dari ICG dan Jake Sullivan, selain George dan Alexander Soros, Malloch ternyata pernah ikut mendukung Narco-Terrorist yang erat kaitannya dengan tentara pembebasan Kosovo atau Kosovo Liberation Army. Yang mana juga didukung oleh badan intelijen CIA dan NATO.

Satu lagi catatan penting di sini. Begitu Malloch berhasil mendorong Saakashvili jadi penguara baru Georgia melalui revolusi mawar, Georgia benar-benar jadi negara yang amburadul dan korup. Namun bagi Soros dan Malloch, krisis Georgia jadi alasan untuk mendorong dilaksanakannya program reformasi pemerintahan dengan menggelontorkan dana sebesar 1,5 juta dolar AS. Yang mana dana itu diperoleh 75 persen dari the Soros’ Open Society dan 25 persen dari lembaga program bantuan pembangunan PBB yang diketuai oleh Malloch.

Baca juga: American Shadow Creatures Exposed: But Will the Empire Still Win the Day?

Namun di atas semua itu, yang paling spektakuler adalah terungkapnya fakta yang dibeberkan oleh Samantha Power, bahwa yang menjembatani aliansi strategis Inggris-AS di era kepresidenan Obama adalah Malloch Brown. Yang pada waktu itu menjabat menteri muda luar negeri Inggris. Fakta ini hanya semakin memperkuat pandangan sebelumnya bahwa baik terhadap Aquino, Saakashvili maupun Obama, sejatinya merupakan kreasi kekuatan-kekuatan besar yang mana salah satunya Soros pernah menggelontorkan dana bantuan pada kampanye Obama sebesar 60 ribu dolar AS saat dia maju untuk pemilihan sebagai anggota legislative. Saat maju sebagai calon presiden, Soros membantu mengorganisir fundraising parties buat kampanye pilpres Obama.

Bagaimana dengan hasil perhitungan suara pilpres AS November 2020 lalu? Apakah ada tangan-tangan Malloch dalam election fraud yang bermuara pada kekalahan Trump? Belum jelas juga. Namun dalam artikel Matthew Ehret ini, tersingkap adanya tangan-tangan Inggris, dalam hal ini keterlibatan Malloch Brown,  dalam menggoreng isu citra buruk terhadap Presiden Trump yang terkenal dengan sebutan Russiagate. Salah satunya dengan menjadikan Michael Flynn sebagai target operasi sejak 2014. Sehingga ketika Flynn ditunjuk Trump sebagai Penasehat Keamanan Nasional, akhirnya terpaksa mengundurkan diri menyusul terungkapnya bocoran pembicaraan antara Flynn dengan diplomat Rusia. Yang kemudian dipolitisasi sebagai alat untuk membangun citra buruk terhadap pemerintahan Trump.

Penulis adalah seorang wartawan, dosen dan pendiri dari the Canadian Patriot Review.  

 

 

 

 

 

 

 

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com