Media Mainstream Asing Dukung Capres Jokowi pada Pilpres 2014

Bagikan artikel ini

Pemilu Presiden 2014 sarat intervensi asing. Intervensi itu dilakukan untuk memenangkan pasangan capres-cawapres tertentu. Alih-alih memberikan informasi yang berimbang terhadap kedua capres dan cawapres yang maju dalam kontestasi pemilu kali ini, tangan-tangan asing itu justru kian menampakkan keberpihakannya kepada capres-cawapres nomor urut 2, Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Termasuk di antaranya adalah melakukan pembunuhan karakter terhadap capres nomor urut 1 Prabowo Subianto.

Ini setidaknya bisa dilihat dari berita yang beredar, terutama dari majalah TIME dan The Economist yang secara terbuka mengatakan bahwa Prabowo tidak boleh sampai jadi Presiden RI. Tentunya, ini mengingatkan kita pada pernyataan sang proklamator, Presiden pertama RI Soekarno, tentang adanya intervensi asing di bumi pertiwi. Soekarno mengatakan: Ingatlah pesanku, jika engkau mencari pemimpin, carilah yang dibenci, ditakuti, atau dicacimaki asing karena itu yang benar. Pemimpin tersebut akan membelamu di atas kepentingan asing itu. Dan janganlah kamu memilih pemimpin yang dipuji-puji asing, karena ia akan memperdayaimu.

Kedua majalah ini setidaknya mengisyaratkan adanya dugaan keterlibatan atau campur tangan asing dalam mendesain seperti apa dan bagaimana wajah Indonesia dalam lima tahun mendatang.

Adanya keterlibatan asing pun diamini mantan redpel Tempo belum lama ini, terutama keterlibatan Allan Nairm, wartawan AS yang dinilainya punya agenda khusus dalam mendukung pencalonan Jokowi sebagai presiden ke-7 RI. Pria kelahiran New Jersey itu bisa disebut wartawan tak bermoral. Soalnya, selaku wartawan, ia mengaku telah membongkar wawancaranya dengan Prabowo Subianto, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra yang ikut maju dalam pilpres 2014. Padahal wawancara pada 2001 itu diakuinya sebagai off the record. Artinya, wawancara itu hanya untuk diketahui wartawan saja dan tak boleh disiarkan. Kalau disiarkan, sang wartawan melanggar kode etik wartawan yang berlaku universal. Artinya, wartawan itu tak bermoral, tak punya etika.

Allan Nairn dengan terang-terangan membuat laporan yang memojokkan Prabowo. Di kalangan diplomat Indonesia, Allan dikenal memiliki rekam jejak menulis berita palsu tentang TNI. Mantan Duta Besar Indonesia untuk AS Dino Patti Djalal mengatakan “dia (Allan Nairn) sejak dulu selalu mencari peluang untuk memecah belah Indonesia,” demikian sumber intelijen.co.id melaporkan.

Tidak hanya melalui media, upaya untuk memojokkan Prabowo di mata internasional itupun dilakukan di pelbagai negara. Lihat saja peristiwa yang terjadi di depan KJRI Perth, Australia, oleh warga negara asing (WNA) yang mengkampanyekan kemerdekaan Papua. Mereka meminta WNI untuk memilih Joko Widodo dan mengatakan hanya orang bodoh yang memilih Prabowo. Tercatat beberapa WNI yang tinggal di Perth melaporkan kejadian ini melalui media sosial.

Peristiwa yang kedua terjadi di Amerika Serikat dan Inggris. Hal ini bisa kita cermati dari peran para artis di kedua negara tersebut. Artis-artis asal Amerika dan Inggris seperti Jason Mraz, Sting dan Akarna, serta bintang porno Vicky Vette menyatakan dukungan mereka kepada pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Jusuf Kalla yang dilakukan satu hari jelang pencoblosan agar jelas menunjukkan adanya koordinasi, bukan aksi spontanitas.

Scenario adanya intervensi asing pun berlanjut dengan munculnya iklan yang mempromosikan Joko Widodo dan mendiskreditkan Prabowo Subianto di Google, YouTube dan jaringan iklan AdSense. Padahal di situsnya sendiri secara eksplisit Google melarang segala jenis iklan politik untuk ditayangkan di Indonesia.

Selain itu, adanya aksi penutupan yang secara serentak oleh beberapa akun yang secara terbuka tidak mendukung Joko Widodo, tidak lama setelah pertemuan Joko Widodo dengan direktur politik Twitter Peter Greenberger di Jakarta.

Upaya untuk memojokkan capres-cawapres Prabowo-Hatta pun berlanjut dengan adanya laporan palsu oleh Bloomberg mengenai transaksi saham MNC Group pada 20 Juni 2014. Bloomberg mengatakan bahwa Prabowo-Hatta memborong saham MNC Group. Padahal transaksi tersebut tidak pernah terjadi.

Selain majalah TIME, The Ecomonist, Google, Youtube, jaringan iklan AdSense, tak ketinggalan adalah media mainstream sekelas Wall Stree Journal, yang memuat pernyataan Duta Besar Amerika untuk Indonesia Robert Blake pada 23 Juni 2014. Ia mengatakan kepada media tersebut bahwa Pemerintah RI harus mengusut dugaan kasus HAM Prabowo. Pernyataan terbuka ini memicu reaksi keras dari DPR karena merupakan bukti konkret campur tangan Amerika dalam pilpres 2014.

Israel pun tak ketinggalan, dukungan negara Zionis kepada capres Jokowi banyak dimuat di pelbagai media di sana. Media Israel tak henti menyorot segala macam berita tentang Gubernur Jakarta itu. Laman Israelforeignaffairs.com, misalnya tak ketinggalan memotret perjalan Jokowi di peta perpolitikan nasional. Laman Israel itu mengutip sepak terjang Jokowi dari sejumlah media asing dan media Indonesia. Ada sekitar 25 berita yang terkait soal Jokowi di laman Israel itu.

Uniknya, berita soal Jokowi baru intensif jadi sorotan laman itu sejak bulan Maret, atau hampir bersamaan dengan waktu pencapresan Jokowi oleh PDI Perjuangan. Jokowi pun diportet secara positif dalam berita yang dikutip oleh laman Israel itu.

Beberapa berita Jokowi yang dikutip laman Israel itu di antaranya berjudul, “Pencapresan Gubernur Jokowi Riuhkan Politik Indonesia” dan “Jokowi: Penggemar Metal yang Diunggulkan Jadi Presiden Indonesia.” Tak hanya Jokowi yang mendapat sorotan dari media itu. Sejumlah berita terkait tokoh politik nasional pun tak luput dikutip oleh laman Israelforeignaffairs.com. Namun porsi sorotan pada Jokowi menyita perhatian terbanyak. Bukan hanya sebatas media, perwakilan Israel pun intensif menjalin kontak dengan tokoh politik Indonesia.

Salah satu tokoh yang pernah menjalin kontak dengan Israel adalah petinggi Partai Nasdem, Ferry Mursyidan Baldan. Kini Ferry bersama Partai Nasdem-nya berhasil meloloskan Jokowi sebagai presiden Indonesia.

Maka, bukan sebuah kebetulan bahwa dalam pilpres kali ini, seolah-olah bukanlah rakyat indonesia yang menentukan masa depan bangsanya, tapi pihak asinglah yang menenetukan nasib bangsa ini. Dengan demikian, tidaknya mengherankan jika pasangan capres-cawapres Jokowi-JK menang dalam kontestatasi pilpres kali ini. Jokowi dinilainya mampu menyemaikan benih-benih intervesni asing di bumi pertiwi.

Sekadar mengingatkan, capres Prabowo setelah dua tahun berada di luar negeri dan pada 2000 dia kembali ke Indonesia. Namun, sejumlah negara asing justru berkirim surat resmi dan mengimbau Presiden Abdurrahman Wahid saat itu untuk menolak Prabowo.

Gus Dur pun mengabaikan himbauan itu karena Gus Dur tahu bahwa Prabowo adalah calon pemimpin yang ikhlas kepada bangsa dan negaranya.

Penulis adalah Direktur Diplomasi dan Informasi Publik GFI

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com