Membangun Isu, Menguak Fenomena

Bagikan artikel ini
Telaah Kecil Konflik di Srilangka dan Pakistan
Barat dalam hal ini, entah Inggris, NATO, ataupun Amerika (AS) kini lebih menyukai proxy warfare (perang perwalian) sebagaimana konflik di Ukraina daripada invasi militer secara terbuka seperti halnya serbuan Barat ke Irak, atau ke Afghanistan.
Dari perspektif asymmetric war (perang asimetris) yang berpola isu – tema/agenda – skema (ITS), melalui Pakistan dan Srilangka, Barat tengah membangun isu (imajiner) baru bahwa “kebangkrutan negara gegara utang Cina”. Ada modus edit dan kontra berita lewat media mainstream. Tinggal di-break down, entah nanti apa tema alias agendanya yang hendak digulirkan. Kalau skema Barat sudah bisa terbaca, yakni penguasaan Balochistan (provinsi kaya minyak) di Pakistan dan merebut kembali pelabuhan laut (Hambantota) di Srilangka yang kini dalam penguasaan Cina.
Pertanyaan menarik, “Kenapa Barat kini menyukai proxy war seperti konflik di Myanmar dan Ukraina daripada invasi terbuka sebagaimana di Afghanistan?”
Tak lain, kekalahan AS dan NATO di Afghanistan membuat mereka menjadi ‘trauma’. Kapok. Ada hal yang tidak masuk dalam logika perang modern ketika head to head melawan Taliban. Ada fenomena tidak terbendung. Taliban yang kalah dalam hal jumlah pasukan serta kalah canggih peralatan perang, tetapi toch menang perang. Ya. AS dan sekutu terusir dari Afghanistan.
Tidak boleh dielak, kemungkinan fenomena inilah yang tengah dipantau secara cermat baik oleh CIA, maupun MI-6. Apa yang sesungguhnya tengah terjadi di Afghanistan.
(Mungkin) mereka —Barat— sudah memiliki asumsi dan jawaban atas fenomena tersebut, maka uji coba pun dilakukan pada kedua negara (Srilangka dan Pakistan), apakah fenomena di Afghanistan bakal muncul kembali dengan pola proxy war di kedua negara di atas?
Wait and see.
M Arief Pranoto, Pengkaji Geopolitik, Global Future Institute (GFI)
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com