Menyingkap Agenda Tersembunyi Di Balik Konsepsi Globalisasi dan Global-Centrist (Bagian II)

Bagikan artikel ini

Pada tulisan sebelumnya saya sudah singggung adanya temali antara globalisasi dan kolonialisme yang didorong oleh kapitalisme. David Harvey dalam bukunya Imperialisme Baru, secara analitis menggambarkan kapitalis imperialisme sebagai cabang dari imperialisme yang mana merupakan perpaduan yang kontradiktif antara politik negara dan imperium.

Melalui kerangka konsep ini imperialisme merupakan sebuah proyek politik yang dimainkan para pelaku kekuasaan untuk memobilisasi sumber daya-sumberdaya manusia dan sumber daya-sumber daya alam demi tujuan politik, ekonomi dan militer. Tujuan strategisnya adalah mengakumulasi modal lintas ruang dan waktu.

Pada tataran ini, kalau mengikuti alur pikir David Harvey maka strategi politik, diplomasi dan militer yang digunakan negara atau sekumpulan negara sebagai suatu blok kekuatan politik, menjadi satu diantara unsur yang memainkan peran penting. Kedua, adanya kekuatan ekonomi yang bukann saja mengalir di negeri induknya, melainkan juga meluas melampaui negara dan kawasannya. Baik di bidang produksi, perdagangan, arus modal, migrasi tenaga kerja, transfer teknologi, transfer uang, arus informasi, dorongan-dorongan budaya dan sebagainya.

Menariknya di sini, masih menurut Harvey, para agen-agen kedua unsur tersebut sejatinya berbeda. Para kapitalis atau kekuatan ekonomi tersebut pada intinya bagaimana dapat menguasa modal uang dan memperluas ekspansi kapitalnya di negara manapun asalkan bisa menuai keuntungan bisnis. Sedangkan para politisi dan negarawan intinya bagaimana menciptakan output-output berupa langengnya kekuasasaan negaranya terhadap kekuasaan negara-negara lain.

Namun kalau kita cermati pada prakteknya, kapitalisme global berbasis korporasi, dalam kodratnya terdorong untuk melakukan ekspansi capital/modal melewati lintas geografis atau negara. Para agen korporasi global beroperasi di berbagai negara menciptakan beragam kekuatan yang saling bertumbukan satu sama lain. Bahkan bisa memaksa negara mengeluarkan kebijakan-kebijakan strategis dalam pembangunan industri maupun perencanaan fiskal/keuangan yang menguntungkan kepentingan korporasi daripada kepentingan masyarakat luas.

Logika kapitalisme yang menjelma menjadi kolonialisme dan imperialisme bertumpu pada orientasi untuk mengekspoloitasi ketidakseragaman dari kondisi-kondisi geografis dimana di dalamnya akumulasi modal/kapital itu berlangsung. Sehingga terciptalah asimetri-asimetri yang dimanfaatkan oleh para agen-agen korporasi yang tercipta melalui pertukaran yang tidak adil dan timpang, adanya monopoli-monopoli yang dengan sistemtis dan terencana dirancang pada geografi tertentu, adanya praktek-praktek pemerasan yang mengiringi arus-arus kapital tertentu, dan adanya penghisapan rente-rente hasil monopoli. Alhasil, menurut Harvey, kondisi kesetaraan yang biasanya berlaku dalam pasar yang berfungsi secara sempurna, pada kenyataannya telah dilanggar. Sebaliknya, malah menciptakan ketidaksetaraan secara spasial dan geografis.

Celakanya, ketika politik ikut campur dalam proses berfungsinya pasar secara sempurna, negara justru memainkan peran untuk melestarikan pola asimetri dalam pertukaran antar ruang sehingga lebih menguntungkan kepentingan korporasi global ketimbang kepentingan rakyat. Bahkan dengan mencermati fenomena global di Amerika Serikat, negara lah sebagai entitas dan tubuh politik yang paling sanggup mengorganisir proses akumulasi kapital/modal lintas geografi dan ruang untuk kepentingan  korporasi.

Misalnya ketika kekuatan-kekuatan korporasi AS memperluas ekspansi kapitalnya ke negara-negara lain melalui IMF (Dana Moneter Internasional) dan WTO (Organisasi Perdagangan Dunia), maka lembaga-lembaga keuangan dunia tersebut melihat adanya peluang meraup keuntungan-keuntungan keuangan.

Di sinilah konsepsi globalisasi punya makna yang krusial. Sebab ekspansi modal para kapitalis berbasis korporasi itu, kolonialisme dan imperialisme kemudian menyifasi hubungan antar negara dan arus kekuasaan di dalam suatu sistem akumulasi kapital yang bersifat global.

Seturut dengan pandangan David Harvey tersebut, maka kolonialisme dan imperialisme melahirkan usaha untuk melanggengkan dan mengeksploitasi penguasaannya terhadap ketersediaan sumberdaya alam maupun keuntungan-keuntungan asimetris apapun yang bisa dimobilisasi oleh negara.

Hendrajit, pengkaji geopolitik, Global Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com