Pengaruh Opini Dunia Dikuasai Tujuh Orang Pebisnis Media Yahudi

Bagikan artikel ini

*Syarif Hidayat, Wartawan Senior ANTARA.

(Disampaikan pada seminar terbatas Global Future Institute (GFI) bertajuk Prospek Media Massa Nasional 2015: Peluang dan Hambatan, Kamis, 28/08/2014)

Berbicara tentang pengaruh media asing yang berdampak buruk dan menyesatkan bagi Indonesia, kita harus tahu latar belakangnya. Opini dunia atau informasi di dunia sekarang ini didominasi oleh barat yang dipimpin oleh Amerika. Dan di Amerika sendiri sekitar 90% media dikuasai oleh hanya tujuh orang pebisnis media Yahudi. Bisa dikatakan itu Zionis-lah, karena mereka pendukung utama Israel, baik dari segi lobi maupun dari bantuan keuangan. Dengan sendirinya, pengaruh opini dunia termasuk ke dalam Indonesia juga negatif  bagi Indonesia.

Seperti disinggung oleh Mas Hendrajit di awal, media Indonesia lebih berat tugasnya dibandingkan media barat. Kalau media barat itu hanya to inform (memberitahu) dan to entertain. Menghibur disini bisa dengan pemberitaan, perang dari Timur Tengah yang menurut mereka lucu, menunjukkan kebodohan-kebodohan negara-negara Arab. Itu entertain mereka dengan pemberitaan yang seperti itu dan banyak juga pemberitaan yang bias mereka, jadi inform memberitahu dan entertain.

Sementara Indonesia, disamping memberitahu juga ada mendidik (educate), juga menghibur, tapi dengan perkembangan Indonesia juga mengikuti jejak negara-negara barat, tumbuh konglomerasi, kepemilikan perusahan-perusahaan media, dengan sendirinya juga tugasnya bertambah, melindungi dan mendukung kepentingan sang pemilik modal, pemilik perusahaan. Dan juga bisa melindungi dan mendukung kepentingan pucuk pemodal yang memiliki media tersebut.

Saya langsung mengenai ISIS. ISIS kan pada awal bulan puasa lalu memproklamirkan kekhalifan yang dipimpin oleh Abu Bakar al-Baghdadi. Ini menurut analisa dari para pengamat barat antara lain Kevin Barret, itu yang sering menulis di Press TV Irak juga di beberapa media di Amerika, juga oleh Prof Michel Chossudovsky dari Global Research, bahwa ISIS itu hanya merupakan instrumen sekutu Barat di Timur Tengah, dengan tujuan:

  1. Memperpanjang hegenomi Barat bahkan mengembangkan hegenomi Barat di Timur Tengah. Sekarang dengan adanya ISIS itu dibagi-bagi wilayah Irak dan Suriah menjadi Kurdistan, Sunah, Syiah.
  2. Sekutu Barat yang dipimpin Amerika bertujuan untuk melangkah lebih jauh mendahului bahwa umat Islam di dunia sedang merindukan adanya sistem khalifah, sistem khilafah yang dipimpin oleh khalifah.

Media di sini banyak yang tidak tahu, tokoh agama, kalangan pemerintahan, langsung termakan pemberitaan ISIS itu, bahwa ISIS itu bahkan tidak sesuai dengan tujuan Barat. Sepertinya itu tidak perlu dihiraukan bahwa itu rekayasa Barat bahwa  contoh ISIS itu di dalam latar belakangnya merupakan kelompok yang memisahkan diri dari Al-Qaeda. Al- Qaeda sendiri tidak ada itu. Al-Qaeda itu adanya hanya di database komputer-komputer CIA. Ini menurut Menteri Luar Negeri Inggris Robin Cook.

Menurut penilaian Barat, badan-badan intelejen Barat, Al Badr itu bisa menarik seluruh teroris dunia yang jihadis. Sebetulnya para teroris itu bentukan juga kumpul di suatu tempat untuk membela kepentingan mereka. Ada satu sisi dari sisi Barat.

Sekarang dari Israel bahwa ISIS itu dibentuk untuk mendukung kepentingan Amerika dan Israel aktif pada sumber-sumber minyak di Irak. Irak produsen minyak terbesar juga. Jadi digunakan ISIS.

Sekarang kembali kepada media Indonesia yang disebut di awal, negatif dan menyesatkan. Saya sangat menyesal mainstream media itu menari di atas irama yang ditabuh oleh media barat, media Indonesia sebagian tidak mampu menampilkan pemberitaan yang mencerminkan bahwa Indonesia mayoritas berpenduduk muslim.

Jadi melihat permasalahan yang berkembang di dunia tidak dilihat dari sudut pandang sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim, atau sebagai Indonesia saja. Jadi melihat dengan sudut pandang di dunia ini, sebagai orang Indonesia. Apa artinya? Indonesia di pembukaan UUD menyatakan segala bentuk penjajahan harus dihapuskan dari bumi ini. Nah, segala bentuk penjajahan berprikeadilan dan kemanusiaan. Tapi ada media di sini yang memberitakan yang cenderung menari diirama yang ditabuh, digenderang media Barat yang dikuasai oleh 90% Yahudi, katakanlah Zionis.

Sekali contoh begini, pemberitaanya disitu dikatakan bahwa Israel berhak membela diri, apa penjajah punya hak membela diri? Yang punya hak membela diri yang dijajah bukan penjajah. Lantas Hamas dikatakan sebagai militan, tapi Hamas itu para pejuang kemerdekaan. Yang menyesatkan dari media Barat, bahwa dengan propaganda Zionis seolah-olah itu adalah konflik Israel antara konflik Islam dan Yahudi. Salah besar itu.

Di Palestina itu konflik antara penjajah dan yang dijajah. Sehingga kalau ada demo-demo di sini mendukung perjuangan Palestina kita lihat para aktivis yang non muslim karena sudah salah. Dikiranya itu konflik antara Islam dan Yahudi. Demo Yahudi mendukung Palestina tidak ada.

Saya pernah dinas selama 4 tahun lebih di Eropa. Selama 4,5 tahun di sana sering terjadi demo dalam perjuangan kemerdekaan Palestina, yang demo non muslim. Di sana muslim cuma satu dua. Kalau di sana walaupun ada pemberitaan unbalancedatau bias, masyarakat akan mencernanya dengan cara double check. Kalaupun memang ada, di sana lebih gencar lagi lobi media Zionis tapi melihatnya lebih objektif, kalau ada demo-demo tentang Palestina di Jerman atau Belanda, Perancis, Inggris, ya mereka non muslimnya.

Tadi ada kaitan dengan tema ini, kalau peluang di tengah-tengah sekarang ini masih ada. Indonesia bisa punya peluang untuk tampil sebagai tuan rumah di negeri sendiri dengan syarat kembali pada profesionalisme murni sebagai jurnalis. Sebagai contoh kita ambil Press TV Iran. Itu bisa tampil secara internasional sehingga di Eropa Barat banyak yang langganan satelit karena mereka butuh informasi alternatif karena mereka bosan mendengar CNN, pemberitaan CNN.

Dulu sebelum Press TV populer, Aljazirah alternatif dari CNN, sekarang sudah berubah. Aljazirah berbeda dengan pemberitaan CNN, jadi melek melihat ke Press TV. Sekarang di Press TV banyak pengamat-pengamat Amerika yang ingin pemberitaan yang objektif, analisanya ditampilkan di Press TV atau wawancaranya di Press TV Iran.

Indonesia juga bisa tampil paling tidak dengan menjadi tuan rumah di negeri sendiri dengan menampilkan pemberitaan yang tidak terpengaruh oleh pengaruh luar. Setidaknya kuat di dalam negeri secara regional. Apalagi kalau lebih kuat lagi ada seorang pengusaha yang bisa memberikan modal dengan idealisme yang tinggi. Sehingga media Indonesia, TV yang bisa satelit bisa mempengaruhi dunia. Modal kita ada di pembukaan UUD 45 untuk membebaskan negara dari penjajah.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com