Ruang Sebagai Inti Geopolitik

Bagikan artikel ini

M Arief Pranoto, Pengkaji Geopolitik Global Future Institute (GFI)

Salah satu teori geopolitik menyatakan, ada empat dasar utama dalam konsepsi geopolitik yakni ruang, frontier (batas/perbatasan), politik, dan keamanan. Maka wajar saja jika isue-isue seputar empat aspek tadi senantiasa sexy di mata publik. Dalam konteks ini, ruang merupakan inti geopolitik, artinya akan selalu ada upaya-upaya untuk memperluas wilayah pengaruh tiap-tiap bangsa hingga melampaui teritori kedaulatannya. Hal ini diterjemahkan oleh Frederich Ratzel, bahwa negara sebagai suatu kesatuan antara tanah dengan rakyatnya adalah organisasi yang tumbuh sebagaimana organisasi lainnya. Perbatasan sifatnya dinamis serta berubah-ubah. Pernyataan ini merupakan ekspresi sifat ekspansionis kelompok negara agresif penganut teori Ratzel.

Ajaran Ratzel ini bermakna, apabila ada kemunduran dalam konsepsi ruang, maka dapat mengakibatkan runtuhnya sebuah bangsa dan negara. Inilah “Lebensraum” (ruang hidup), teori geopolitik yang kerapkali digunakan oleh Barat.

Pertanyaan hipotesa, “Berlakunya Otonomi Daerah (Otoda) pasca reformasi, secara riil jelas mengurangi ‘wilayah pengaruh’ pusat terhadap daerah di Indonesia, bahkan ada yang menyatakan bahwa Otoda itu sejatinya adalah penghalusan konsep federalisasi yang dulu pernah ditolak segenap bangsa, bahkan lebih ekstrim lagi dinyatakan bahwa Otoda itu VOC gaya baru!”

Retorikanya, “Apakah terpecahnya Indonesia diawali dari model Otoda —yang istilah SBY dianggap sebagai sistem banci— negara kesatuan kok menerapkan Otoda?” Kita tidak sadar, bahwa Teori Lebensraum ketika diterapkan tanpa kekuatan militer (asimetris) disebut smart power. Mungkin fenomena inilah yang kini tengah berlangsung di Bumi Pertiwi.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com