Sekecil Apapun Kemungkinan Perang, Tetap Harus Diperhitungkan

Bagikan artikel ini

Hanif Salim, Pelaksana Harian Deputi Pengkajian Strategik Lemhanas RI

Saya berbahagia bahwa di forum ini dibahas tentang betapa pentingnya Indonesia bisa memainkan peran penting dalam penyelesaian Krisis Korea. Serta bagaimana caranya.

Karena itu saya sependapat dengan Pak Nurrahman Oerip tadi bahwa Indonesia tidak boleh hanya sekadar menjadi penonton dalam  ketegangan yang sedang terjadi di Semenanjung Korea saat ini. Indonesia harus mengajukan terobosan-terobosan baru penyelesaian konflik yang terjadi antara AS dan Korea Utara.

Jangan Cuma jadi honest broker seperti keteika indonesia memainkan peran aktif dalam penyelesaian negara-negara lain seperti dalam kasus Kamboja di masa lalu. Yang mana kita hanya berdiri sebagai honest broker belaka.

Bagi Indonesia, kalau menelisik kesejarahannya, keinginan semacam itu bukan khayalan atau omong kosong. Di era Bung Karno, Angkatan Bersenjata kita cukup unggul dan pernah berjaya di kawasan Asia Tenggara. Bahkan dalam bidang dalam menjabarkan kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif, Indonesia pernah tercatat dalam sejarah sebagai  pelopor  Konferensi Asia-Afrika Bandung 1955 dan Gerakan Non Blok 1961.

Selain itu, terkait kemungkinan pecah perang antara AS versus Korea Utara, maka sekecil apapun kemungkinan bakal terjadinya perang antara AS versus Korea Utara, tetap haru diperhitungkan.

Jangan pernah melupakan sejarah. Bahwa Adolf Hitler dari Jerman memicu meletusnya Perang Dunia II, merupakan sosok pemimpin yang aneh. Sekarang, Presiden AS Donald J Trump juga orang aneh. Bahkan Presiden Korut Kim Jong-un juga aneh.

Bukan tidak mungkin mereka bertemu (dalam perang). Kalau kita tidak memasang pagar itu, kita akan dihabisi. Bagaimana kalau rudal itu meluncur ke arah kita?

Bagaimana kalau rudal balistik Korea Utara berbelok dan mampir ke Indonesia? Sayangnya selama ini di kalangan kita  belum ada kajian bagaimana mengantisipasi dan mengupayakan agar rudal itu jangan sampai mampir ke Indonesia.

Padahal kemampuan dan keahlian teknologi ank-anak bangsa kita sendiri sudah cukup tinggi. Tapi harus ada arahan dari negara. Dan difasilitasi oleh negara.

Singkat kata. Worst case scenario itu penting. Presiden Trumnp itu aneh, karena aparat-aparat intelijennya dia pecat semua, dan hanya mau dengar dari orang orang kaya. Bahkan Menlu nya juga orang Exxon. Kim Jong un juga orang aneh. Nah kalau dua orang aneh ini bertemu dan mengobarkanb perang, bagaimana?  Kalau kita tidak  memasang pagar pagar sedini mungkin, kita bisa habis.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com