Sekilas tentang Oligarki

Bagikan artikel ini
Pada dialog bertopik oligarki, misalnya, pointers diskusi niscaya akan mengerucut pada dua hal, antara lain yaitu:
Pertama, konsentrasi kekayaan; dan
kedua, konsentrasi kekuasaan.
Dalam praktik (geo) politik praktis, entah konsentrasi kekayaan ataupun konsentrasi kekuasaan ini kerap dikontrol oleh segelintir elit. Jadi, entah sistemnya republik, cöntohnya, atau monarki, kerajaan, ataupun otoriter apalagi, bahkan dalam sistem demokrasi sekalipun, oligarki mampu survival serta bersemayam dengan aman dan nyaman.
Jadi, cerita oligarki merupakan sejarah tua dari kehidupan dan kekuasaan di muka bumi.
Pertanyaannya, “Adakah hubungan (timbal balik) antara oligarki dengan ideologi?” Jawabannya: “Ada”, bahkan nyata (reality) dan berada (existance) dalam kehidupan, terutama pada ideologi besar seperti kapitalis dan komunis/sosialis. Kenapa? Karena esensi kedua ideologi tersebut adalah MONOPOLI. Jika monopoli kapitalisme cenderung ke kapital atau akumulasi modal. Ini yang kemudian disebut “konsentrasi kekayaan”. Sedangkan monopoli komunisme adalah (kekuatan) rakyat. Ini yang kemudian diistilahlahkan sebagai “konsentrasi kekuasaan”.
Nah, keduanya — baik kapitalis maupun komunis— itu serupa tetapi tak sama. Seperti berbeda tetaplah sama. Ya. Serupa dalam hal penguasaan sumber daya dan metode, yakni mencari bahan baku semurah-murahnya serta mengurai pasar seluas-luasnya; sementara perbedaannya dalam hal kontrol alias pengendalian. Jika kapitalisme dikendalikan sekelompok elit partikelir, sedang komunisme dikontrol oleh segelintir elit negara. Lalu, kawin silang antara keduanya —kapitalis dan komunis— melahirkan apa yang disebut dengan istilah One Contry and Two System sebagaimana praktik di Cina. Jika keluar, Cina akan melakukan pendekatan panda atau uang; bila ke dalam, ia memakai pendekatan naga alias represif. Nah, uraian di atas, jika dinarasikan sehari-hari, itu yang kemudian disebut dengan istilah “persenyawaan antara penguasa dan pengusaha.”
Lantas, bagaimana hukumnya? Dalam perspektif geopolitik, monopoli merupakan kejahatan tua di muka bumi karena merupakan embrio kolonialisme.
End
M Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI)
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com