M Arief Pranoto, Research Associate Global Future Institute (GFI)
Dalam tulisan terdahulu yang berjudul “Perampok Internasional dan Kisah Utang Dibayar Bom” di www.theglobal-review.com menyinggung bahwa Perang Libya sejatinya merupakan hajatan korporasi-korporasi minyak raksasa!
Dimana meski pertempuran belum usai namun tanpa basa-basi NATO menyodorkan tagihan biaya perang kepada pemberontak sejumlah $ 480 miliar (Al-Jazair ISP, Zengtena, 29/10/2011). Edan! Betapa perang telah menghancurkan semua infrastruktur dan menyebabkan kematian 70.000-an serta ribuan orang luka-luka, tanpa rasa malu ada penandatanganan kontrak merekontruksi Libya, disaat “luka bangsa dan derita sosial” lebar menganga. Bagi NATO, perang di Libya —mungkin juga peperangan di tempat lain— bukannya untuk menegakkan kebenaran dan keadilan tetapi dianggap proyek!
Kini, ditengah ‘memanasnya’ sengketa Kepulauan Diaoyu/Senkaku antara Cina melawan Jepang, agaknya Amerika Serikat (AS) akan kembali menerapkan metode “utang dibayar bom” seperti sewaktu ia dan NATO membombardir Libya dekade 2011-an tersebut. Isu sengketa Kepulauan Diaoyu/Senkaku ini bakal dijadikan skenario sekaligus momentum melancarkan metode penjajahan model baru tersebut.
Simak saja utang AS kepada kedua negara tadi. Cina misalnya, ia menguasai surat utang milik AS sebesar 1,107 triliun USD, meski September 2011 turun dibanding per Juli 2011 yang sebesar 1,173 triliun USD. Entah 2013 kini. Kemungkinan lebih besar lagi angkanya mengingat perekonomian Paman Sam selain belum pulih, juga muncul Badai Sandy yang tak kunjung usai menyapu kota-kota di Amerika. Sedang Jepang selain merupakan partner dagang terbesar, ia juga menguasai surat utang AS hingga mencapai 1,038 triliun USD (Detik.com, 02/02/2012, 08:35:56, Ini Dia Pemberi Utang Terbesar AS).
Meletusnya perang kedua negara (Cina vs Jepang) di Laut Cina Selatan nanti, diduga merupakan skenario Uncle Sam via konsep metode “utang dibayar bom”. Inilah pola baru penjajahan Barat, sehingga akhirnya utang Barat kepada Libya dahulu ternyata hingga kini tidak tentu rimbanya. Apakah demikian juga nantinya dengan utang AS kepada Cina dan Jepang? Silahkan saudara mencermatinya …
Facebook Comments