Vuca dalam Perspektif Lingkungan Strategis

Bagikan artikel ini

Tinjauan Kecil Geopolitik

Dalam perspektif geopolitik, lingkungan strategis beserta ciri dan kharakter, seyogianya dijadikan judgement (pertimbangan) penting bahkan urgen di berbagai perumusan kebijakan, keputusan strategis terutama di bidang keamanan dan kesejahteraan.

Negara manapun, tidak bisa berlepas diri dari fluktuasi lingkungan strategis yang bergerak sesuai tuntutan era dan zaman.

Era Revolusi Industri 4.0, misalnya, cirinya adalah VUCA. Tak boleh dipungkiri, ini semacam kredo global yang mutlak harus disikapi berbagai entitas dan organisme jika ingin tetap ada, nyata dan berada.

Ya, VUCA singkatan dari Volatility atau sangat bergejolak; Uncertainty atau serba tidak pasti; Complexity alias sangat kompleks; dan Ambiguity atau ambiguitas, alias tidak jelas.

Permisalan VUCA di tingkat global, ini contoh volatility —bergejolak— ketika publik global cemas menunggu friksi militer secara terbuka antara Amerika Serikat (AS) versus Cina di Laut Cina Selatan, tiba-tiba yang bergejolak justru India melawan Cina di perbatasan.

Atau, di tengah semakin memanasnya hubungan Cina dan AS, tiba-tiba ada pertemuan Menlu AS, Mike Pompeo dengan Yang Jiechi, Menlu Cina di Hawai (17/6). Ini juga ketidakpastian (uncertainty) kondisi di era revolusi 4.0. Mengapa demikian, bukankah kedua Menlu seperti menyepakati sesuatu hal yang tidak akan tersepakati?

Lebih kompleks lagi, misalnya, Pakistan adalah sekutu AS. Secara afiliasi identik bahwa Pakistan adalah lawan dari Cina. Ada adagium bahwa kawan musuhmu adalah musuhmu. Tetapi di lapangan ternyata tidak begitu, justru Pakistan meminta bantuan Cina karena merasa terancam oleh India. Betapa tidak jelas (ambiguity) mapping pakta dan afiliasi geopolitik di level global.

Dan sudah barang tentu, selain VUCA menantang rasa percaya diri para pimpinan dunia, sekaligus juga membingungkan perumus kebijakan di masing-masing negara terutama bagi negara yang “dekat” dengan bakal kawasan konflik.

Ketika kini orang mulai memprediksi siapa kelak menjadi superpower pasca konflik antara Cina melawan AS, siapa akan mengira jika Rusia yang kelak (mungkin) melenggang ke kursi superpower? Namun entahlah. Sekali lagi, VUCA memberi atmosfer tidak jelas dan serba tak pasti.

Akan tetapi, di tangan jagoan geopolitik —selevel Putin misalnya— meski di tengah gelombang VUCA, kondisi ke depan mampu dibuatnya jelas dan pasti, apalagi jika ia menyelami VUCA secara cermat dan jeli.

Atau, Indonesia yang tidak dihitung sama sekali oleh kawasan, jangan-jangan menjadi adidaya (baru) di antara puing-puing perang jika ia —Indonesia— mampu memanfatkan momentum perang dunia sebagaimana Bung Karno (BK) dahulu memetik momentum Perang Dunia II, lalu BK membacakan proklamasi kemerdekaan.

Yang unik lagi lucu kejadian di level lokal/nasional. Agaknya, para penggagas atau inisiator RUU HIP menafikan lingkungan strategis di Era 4.0. Kenapa? Akibat VUCA diabaikan para inisiator di parlemen, gilirannya mereka yang terkaget-kaget ketika melihat respön dan gejolak politik di Tanah Air. Bukan sekedar gejolak biasa, sebab Umat Muslim cq 34 MUI dan ormas Islam lainnya kompak menolak secara tegas lagi keras terhadap RUU HIP yang indikasi haluannya ke “kiri”. Dan tak biasanya pula, para pini sepuh dan pensiunan TNI-Polri turun gunung dipimpin langsung oleh Pak Try Soetrisno —Wapres RI pada masanya— mendatangi Istana Bogor (15/6).

Tampaknya di luar VUCA yang fenomenal, di Bumi Pertiwi ini — masih banyak kembang sore dan bunga – bunga sedap malam ..

***) Pointers perbincangan di Sanyata Coffee pimpinan Romeo10: “WE CREATE THE FUTURE LEADERS”.

M Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com