Runtuhnya Sang Superpower

Bagikan artikel ini
Sisi Lain Konflik Ukraina
(Tahun 2010 dulu, saya pernah menulis artikel bertajuk: “Runtuhnya Dinasti Amerika” di Web Global Future Institute, Jakarta. Sila googling dari bagian ke-1 hingga ke-5/habis. Jadi, tulisan kali ini semacam perulangan kajian dan materi atas artikel dimaksud —termasuk pemadatan— dengan tambahan [ulasan]topik terkait konflik Ukraina serta perang ekonomi antara Rusia melawan Barat).
Nah, selamat membaca!
Sekira tahun 1976-an, Emmanuel Todd, ilmuwan politik dari Prancis, meramal pecahnya Uni Soviet. Mayoritas publik tertawa meledek. Bagaimana tidak, saat itu Soviet lagi jaya-jayanya. Mana mungkin?
Akan tetapi, ketika tahun 1991 negara komunis terbesar di muka bumi itu pecah menjadi beberapa negara, publik global pun melongo serta malu atas apa yang dahulu ia tertawakan. Kapok.
Dan tampaknya, sejarah (mungkin) berulang. Tatkala Igor Nikolaevich Panarin, doktor politik asal Russian Academy, meramal tentang runtuhnya Amerika Serikat (AS) antara bulan Juni – Juli tahun 2010, publik kembali tertawa seperti dahulu ia mengejek Todd. Mengapa? Karena, hingga jatuh tempo ramalan yakni Juli 2010, hegemoni AS tengah di puncak keperkasaan. Sekali lagi, mana mungkin?
Itulah prakiraan. Ramalan. Hukumnya sunah. Percaya boleh, tidak pun no problem. Seyogianya, perihal ketepatan waktu dan tempo kejatuhannya abaikan saja. Kenapa begitu, karena prakiraan ilmuwan politik niscaya berdasarkan data, berbasis ilmu, hasil olah pemikiran dan ‘insting’ politik. Bukan sekadar gotak-gatuk. Nah, tulisan kecil ini mencoba menelaah kembali pokok-pokok pikiran Igor Panarin baik indikasi maupun faktor penyebab dari runtuhnya Paman Sam (kelak).
Menurut Panarin, nantinya negara-negara bagian di AS mendeklarasikan kemerdekaan, antara lain meliputi:
Pertama, California membentuk republik tersendiri dan menjadi bagian dari Tiongkok;
Kedua, Texas juga membentuk republik lalu diprediksi jatuh ke tangan Mexico;
Ketiga, Washington DC dan New York memisahkan diri (bergabung) menjadi bagian dari Amerika Atlantik. Lalu, Pemerintah Amerika Atlantik menjadi bagian Uni Eropa;
Keempat, Kanada mengambil bagian dalam kelompok negara utara yang disebut Panarin sebagai Republik Amerika Utara Pusat;
Kelima, Hawai menjadi bagian protektorat Jepang atau Tiongkok, sedangkan Alaska — kembali jatuh di tangan Rusia mengingat ia dulunya adalah bagian Kekaisaran Rusia.
Itulah mapping negara-negara baru versi Panarin bila AS, si superpower ambruk menjadi beberapa negara merdeka.
Dari kajian serta telaah Panarin, ada beberapa indikator kenapa AS diprediksi runtuh sebagaimana Uni Soviet tempo doeloe, antara lain sebagai berikut:
1. Faktor imigrasi massal dan krisis moral. Ya. Jumlah penduduk membludak, namun pengangguran meningkat. Kondisi itu, selain mengakibatkan perekonomian semakin lemah di tengah krisis ekonom global, juga menurunkan kepercayaan rakyat terhadap elit dan pemerintah. Beberapa aksi nyata kerap terlihat, seperti demonstrasi di jalanan memprotes kebijakan rezim, ada penembakan liar di sekolah, peningkatan populasi narapidana, bertambahnya kaum gay, dan lain-lain;
2. Krisis ekonomi berkepanjangan. Dulu, Panarin mencontohkan isu kebangkrutan Citigroup, salah satu bank di AS yang beroperasi pada 100-an negara; kemudian penalangan miliaran dolar kepada perusahaan asuransi; juga berbagai bailout dan lain-lain. Ketika krisis semakin menguat, menurut Panarin, negara maju cenderung menahan dana dari pemerintahan federal. Maka satu per/satu negara-negara bagian pun melepaskan diri. Kerusuhan sosial meningkat, bahkan terjadi perang sipil (perang saudara). Ada kekuatan asing menyelinap masuk serta bergerak senyap, kemudian AS pun terpisah-pisah/terpecah berdasarkan etnis.
Agaknya, kondisi krisis minyak dan gas sekarang ini akibat konflik Ukraina serta perang ekonomi antara Rusia versus Barat, situasinya telah mewakili indikasi keadaan seperti yang digambarkan oleh Panarin di atas, bahkan mungkin lebih parah lagi.
Berlatar konflik Ukraina serta perang ekonomi antara Rusia versus AS dan NATO, tampaknya keruntuhan AS nantinya dipicu oleh “tsunami dolar” di mana hampir semua dolar (sejagat) pulang ke negeri asalnya —banjir dolar— akan tetapi, kepulangan dolar tidak berbanding lurus dengan jumlah barang dan jasa di Negeri Paman Sam. Akibatnya, inflasi pun tak terkendali. Gilirannya, dolar menjadi tumpukan kertas tidak berharga. Inilah trigger keruntuhan bagi sang superpower.
Selanjutnya kajian Panarin tentang siapa pengganti peran AS sebagai pengatur finansial global nantinya, tak lain adalah Tiongkok dan Beruang Merah — nama lain Rusia. Urraaaaa!
End
M Arief Pranoto, Pengkaji Geopolitik, Global Future Institute (GFI)
Baca juga analisis terkait:
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com